DAKWAH IPNU DAN IPPNU: MELESAT ATAU MELESET?


DAKWAH IPNU DAN IPPNU: MELESAT ATAU MELESET?
Oleh: El-Fatih


Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama sebagai organisasi keterpelajaran dibawah naungan NU memiliki peran tersendiri untuk bisa melakukan syiar dakwah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah di masyarakat, terkhusus adalah pelajar. Pelajar sebagai asset bangsa Indonesia yang akan datang perlu dikenalkan prinsip-prinsip Aswaja, agar kelak mampu meneruskan cita-cita bangsa yang berbeda-beda ini. Lalu, bagaimana Gerakan Dakwah di IPNU dan IPPNU? Gerakan Dakwah IPNU dan IPPNU kalau boleh diringkas sebagai fokus awal adalah mengajak para pelajar untuk berorganisasi. Secara umum, Gerakan dakwah IPNU dan IPPNU memiliki komponen garap, diantaranya:
1.   Mewadahi
Tugas dakwah di IPNU dan IPPNU adalah mengajak para pelajar, serta menghimpun dalam organisasi. Hal ini sebagai langkah awal mengenalkan aswaja kepada para pelajar.
2.   Menguatkan
Penguatan dari sisi ideologis adalah membekali pengetahuan tentang aswaja sebagai manhajul fikr.
3.   Menjaga
Pergerakan ideologi-ideologi saat ini, sangat massif. Hal ini menuntut adanya pengamanan terhadap kader-kader NU.
4.   Menanggulangi
Memberikan bekal ideology kepada pelajar NU, agar tidak terjerumus kedalam ideologi yang ekstrim kanan dan atau kiri.
5.   Mengembangkan
Pengembangan ini bersifat strategis, baik dari Sumberdaya manusianya ataupun dalam bentuk kegiatannya. Agar IPNU dan IPPNU mampu menjawab tantangan zaman atas kegelisahan keterpelajaran.
Komponen-komponen diatas merupakan sebuah proses yang menjadi sebuah sirkulasi proses dakwah di IPNU dan IPPNU, untuk mampu mengembangkan dengan kader-kader yang siap untuk syiar dakwah Aswaja kepada para pelajar di Indonesia.
Perjalanan dakwah pastinya telah mengalami perubahan-perubahan seiring berkembangnya zaman. Perbedaan ini mengingatkan IPNU dan IPPNU untuk mengembangkan kreatifitas, inovatif dalam berdakwahnya. Hal ini, bukan berarti yang model lama harus dilupakan. Dapat diambil contoh, bahwa dengan berkembangnya dunia teknologi saat ini kecepatan informasi sangat luar biasa. Namun dalam beberapa kasus, media-media ini justru menjadi ladang penyebaran berita-berita hoax, menebarkan kebencian, sara, dan lain sebagainya. Dalam realitas hari ini, IPNU dan IPPNU harus kreatif dan inovatif mengelola media dengan santun, dalam rangka mewujudkan dakwah Islam yang ramah.
Lantas, bagaimana gerakan dakwah IPNU dan IPPNU? Semakin melesat atau meleset? Pertanyaan tersebut kiranya menjadi sebuah refleksi diri dalam mengelola IPNU dan IPPNU lebih baik. Dalam permasalahannya ada beberapa hal yang menjadi catatan, diantaranya:
1.    Sumber Daya Manusia yang lemah
Ada semacam kekhawatiran bahwa beberapa pelaku di organisasi dakwah ini belum memahami esensi dakwah itu sendiri.
2.    Disorientasi Gerakan
Bertumpunya pelaksanaan kegiatan pada istilah rutinitas dan formalitas, mengakibatkan arah dan tujuan yang dicapai tidak memiliki alat ukur. Ada persepsi bahwa apa-apa yang bersifat Ke-Islam-an dikatakan sebagai kegiatan dakwah.
3.    Disintegrasi Gerakan
Sebuah gerakan keterpaduan yang semakin menurun. Karena ada pola dimana gerakan dakwah masih sebatas rutinitas dan formalitas. Belum adanya kesamaan prinsip gerakan dalam kerangka tertentu. Selain itu sumber daya manusia dalam (kerangka struktural) tidak bisa sambung, karena kader yang di tempatkan pada Divisi dakwah – misal – belum mampu memahami hal-hal berkaitan dakwah.
IPNU dan IPPNU kiranya memerlukan pendidikan kader-kader strategis dakwah dalam rangka mencetak kader dakwah yang benar-benar siap untuk di distribusikan. Kader-kader memiliki orientasi dakwah, dan mampu membangun kerja terintegrasi dengan pemetaan kerja, arah kerja, cara kerja, dan pembagian kerja dakwah. (Kang Pand/Komplit)

Komentar