MENGAPA
Entah perasaan yang bagaimana, sebenci itukah sampai kau putuskan
segalanya.Tak adil jika aku yang harus memendam segalanya, mungkin untuk
sekarang aku hanya diam namun bukan berarti aku mengalah sebab sejatinya aku
seorang pendendam. Kepingan itu sunggah tak berbentuk, rasanya sangat sayu
bahkan datangmu menyematkan tanda bahwa tetap sama, abu-abuku kini mulai
menghitam seperti yang kau mau sampai kamu katakan menyerah.
Seakan waktu tak berpihak padaku, malam mulai bergerak menyisakan
aku di antara temparan cahaya, ku sunggingkan senyum seakan aku sedang
baik-baik saja, yah memang demikian adanya. Hawa dingin kian menyeruak
membalutku sebagai penanda, aku adalah celah yang akan tergapai, sebelum ini
benar-benar nyata setidaknya aku harus meninggalkan. Segera ku akhiri untuk
menyapa teman kecilku, yang akan kulanjutkan lewat alur gradasi, nyatanya
memperindah setiap kata yang terucap meski itu sangat sederhana bahkan terlihat
seperti sampah. Hingga semuanya benar terlihat indah.
*****
“Bangun
sayang, sudah waktunya sholat subuh.”Sembari
menggoyakkan pundakku, ku balas dengan anggukan kecil.
“Ayah
sudah menunggu di bawah, ingat waktumu hanya 10 menit atau ayah akan…”
“Iya
bun iya bangun.”Sebelum bunda
menceramahiku di pagi buta, terlebih ayah.
Rasa kantuk tak dapat mengelak setelah sholat subuh, ku izin pada
bunda bahwa aku sedikit kurang fit, itu saja yang dapat kukatakan agar tak
timbul pertanyaan yang lain. Hari minggu bagiku adalah kebahagian yang
sesungguhnya. Pasti siapapun akan merasakan hal itu atau sebaliknya.
Tok
tok tok
Sebenarnya aku mendengar tapi aku acuhkan saja mungkin bunda atau
ayah menanyai keadaanku, hingga langkah kaki terhenti tepat di belakangku.
“Dek
bangun jangan molor mulu, udah abang belain pulang pagi eh malah di tinggal
tidur lagi, ntar mirip kerbau loh!”
Celotehnya sembari membangunkan, aku menyadari itu bukan bunda atau ayah
melainkan bang Fahri. Terlalu rumit jika harus berbicara tentang siapa aku.
Preyvita Anggini Bagaskara, dibesarkan dari marga Bagaskara, Askara
Corp’s pemilik saham terbesar di Asia yang memiliki banyak cabang perusahaan
dan lembaga pendidikan salah satunya Internasional School yang mempunyai system
pendidikan seperti di Negaraempat musim. Mulai dari pendidikan Anak kecil
sampai Perguruan Tinggi.ayahku asli dari Kanada sebab perjodohan dan unda
keturunan dari Indonesia, aku lebih dominan kepada Ayah. Fahri Masda Abimana
dia abang sepersusuan dengan ku, kita hanya selisih lahir dalam satu hari,
sehingga kita mempunyai akhir nama yang berbeda.
Kita menyusuri kota Jakarta, mulai mengingat memori yang telah
usang termakan usia, namun kini kita rapikan seakan hari itu kembali terulang
dengan masa yang berbeda, mulai ke pinggiran kota sampai pusat perbelanjaan
untuk membeli beberapa keperluan untuk acara nanti malam. Bunda akan mengadakan
pesta yang meriah untuk ulang tahun dan kepulanganya ke Indonesia, meskipun
selisih kami sehari saja bunda selalu membuat pesta ulang tahun yang berbeda
dengan alasan perjalanan hidup kita
berbeda sayang.
Malam mulai menyeruak membisikkan mantra abstrak untuk di urai
bersama lalunya angin, di depan cermin kini aku telah rapi dengan dress selutut
pilihan abang warna hitam sederhana dengan balutan wol putih yang meninggalkan
kesan glamor, konsep ceritanya monokrom, bunda dan ayah telah menyulap aula
keluarga dengan nuansa putih dan sedikit garis hitam, aku percaya bang Fahri
pasti sangat menyukai.
“Dek kenalin ini Frisyana,
temen abang di Jepang” Kata bang Fahri.
“Hay
kak salam kenal, aku Vita adek bang Fahri”
Sembari ku menjabat tangannya, ia pun menerima uluran tanganku.
“Salam kenal kembali Vita,
tadi abangmu sudah memperkenalkanku, dan kamu lebih cantik dari bayanganku Vi,
oh iya panggil aku Firsya saja kita seumuran kok” Jawabnya sengan santai
tapi tetap antusias.
Dering hp bang Fahri pun membuyarkan obrolan kami, sepertinya abangmenyambut
dengan penuh antusias.Setelah panggilan berakhir abang meminta acaranya untuk
segera di mulai, teman lamanya belum bisa datang karenaada keperluan mendadak
danakan datang di hari lain.
*****
Sang fajar telah menyapa lewat celah-celah yang semakin mengusikku,
tak mau ketinggalan, bang Fahri mengajakku untuk jogging,waktu menunjukkan
pukul 07.30 WIB, lewat getaran ponselku, lelah mulai menyeruak rasa dahaga yang
tak tertahankan terlebih cacing di perutku mulai berontak, hingga tibalah di
taman kompleks rasanya seperti ingin pingsan saja.
“Mau
makan apa dek?Sekalian nunggu teman abang ya?” Tawar bang Fikri
“Semua
mau bang udah tau laper banget masih aja di tanya” Jawabku sambil terus memperhatikan layar ponselku
Hatiku semakin rapuh kala kau menyapa lewat notif yang ku anggap
semu, sebab datangmu dikala aku tak lagi mempercayai semua tentangmu yang tak
berujung.Aku tidak butuh dikasihani seperti perempuan kebanyakan yang dekat
denganmu, namun aku hanya butuh sandaran yang tepat dikala aku rapuhbukan teman
curhat di kala aku bahagia.Dan kamu, mengubah semua impian bahkanharapan yang
telah aku rawat semenjak mengenalmu kini tak lagi sampai.
“Bang
mau ke kamar mandi dulu,” Dengan
alibiku, sembari meninggalkan abang sebelum mendapat persetujuannya.
Segar, air yang mengguyur wajahku seakan mengangkat beban yang
telah menggangguku, semua aku pasrahkan dengan waktu, semuanya mungkin berlalu
tapi tidak dengan lukaku, meski masih tersemat setidaknya sedikit membalutmeski
ada bagian yang tak dapat tertutup.
Riko?Tak salah kah aku, dan ini sungguh mengukir luka yang baru,
terlihat berbincang akrab dengan abang.Mungkin itukah yang abang telvon
semalam? Rasanyasemakin berguncang aku belum siap bukan memang aku tidak akan
siap. Riko Danuraga ya dia yang pernah mengisi sebagian dari hidupku, banyak
yang telah ku ukir menjadi cerita kala bersamanya, bukan sebentar namun sudah
beribu buku untuk menceritakan kisah kita, namun untuk sekarang bagian itu
hilang, tidak menjadi kita lagi hanya sebatas orang asing.
Segera kulangkahkan kakiku meninggalkan taman tangis pun tak dapat
kubendung, abang ku kirim pesan untuk tidak mencari, aku pulang dahulu dengan
alasan kepalaku sedikit berdenyut. Nyatanya, hatikulah yang sedang berdenyut,
nyeri sekali lebih sakit dari sebelumnya karena nyatanya aku harus terbiasa
dengan kedatangannya, yang mungkin tidak terduga.
Bersyukurnya di rumah sedang sepi, segera kulangkahkan kaki menuju
kamarku dan menguncinya mungkin saat ini aku sedang butuh sendiri sampai aku
sedikit lebih baik atau semakin memburuk.Duniaku kini benar pada titik terendah
sampai rasanya tak mengenali diriku sendiri, ku harap ini hanya sebuah mimpi
dan aku terbangun dengan cerita yang telah rapi. Tak terasa kantuk mulai
menyerang hingga aku terlelap.
*****
Tok
tok tok, bunda yang mengetok pintunya.
“Masuk
aja bun, nggak di kunci kok pintunya,”
Jawabku
“Udah
baikan sayang? Kata abang kamu tadi pulang dulu dan tadi abang mau masuk pintunya
di kunci,” Tanya bunda
“Udah
bun, mungkin kelelahan aja, kan dari tadi malam tidurnya juga kurang makanya
tadi aku langsung tidur, untuk pintu tadi maaf bun aku takut di rumah sendiri
jadi aku kunci deh” Alasanku
“Di
makan dulu ya sayang,acaranya di tunda dulu ya kalau adek masih sakit?” Tanya bunda lagi
“Jangan
bun, its oky, ” Jawabku
Abang datang dengan menenteng beberapa paper bag, aku tertarik
dengan gaun biru menjuntai sebagai aksen kilauan mutiara dan berlian, aku harus
tampil berbeda dari sebelumnya.
“Dek
turun yuk, undangan udah datang”
Panggil abang dari arah pintu
Rasa gemuruh hatiku masih tak terhingga, semuanya masih terlihat
kelabu entah berubah menjadi terang atau semakin gelap.Ruangan ini ramai sekali
terlebih teman-temanku sudah mulai berdatangan tanpa terkecuali.Ku sunggingkan
senyumkuuntuk bersyukur,setidaknya dia tidak datang.
“Nih katanya hadiah ulang tahun”kata
ayah sembari menyerahkan tiket ke California
“Tandanya
aku di izinin” Jawabku
kegirangan
Acara potong kue selesai banyak dari rekan bunda dan ayah yang
banyak yang memberi ucapan.
“Ikut
kakak yuk,” Kata abang
Seakan duniaku runtuh lebih tepatnya hancur mengapa semuanya
terjadi begitu cepat aku atau kamu yang salah?
“Vita?”
“Riko?” sapa kami bersamaan
“Ehh
ternyata kalian sudah saling mengenal?”
Tanya bang Fahri
Sebelum semuanya menyadi luka maka aku yang akan menyelesaikannya
“Sebenarnya
kita sudah sering bertemu bang kebetulan aku mengikuti kelas koreografi dan
biasanya dua minggu sekali berlatih bersama”
Jawabku
“Oh,
tapi Rik lo jadi gan pindah sekolah?”
Tanya abang
“Pindah?
Kemana bang?” Tanyaku
“Ya
ke sekolah kamu, emang Riko belum ngomong?”
Tanya bang Fahri
“Kebetulan
akhir-akhir ini aku jarang latihan terlebih ayah meminta aku fokus untuk
olimpiadeku bulan depan dan aku baru ganti nomor bang, wajarlah aku belum tahu” Jawabku
Mungkin akan menjadi hari yang semakin menghitam, hatiku belum
baik-baik saja dan pertama sekolah aku harus terbiasa dengan kehadiranya
mungkin abang akan senang aku akanada yang melindungi namun bagiku itu menanam
duri lebih banyak lagi aku tak tau lagi apa yang harus aku lakukan libur
tinggal satu minggu lagi dan itu bukan waktu yang lama. Mampukah aku dengan
keadaan ini mana yang katanya akhir membahagiakan aku belum mengalaminya.
Tak ada yang sempurna memang, seperti yang terjadi di antara kita
entah itu kesalahfahaman atau memang terskenario, tapi aku yang merasa
dirugikan sebagaimana hatiku yang mulai runtuh.Waktuku bersamamu seakan melebur
bersama sakit hatiku keistimewaanmu entah hilang dimana, kepercayaanku padamu
tak adalagi meski itu seujung kuku karena aku tak mau lagi dengan bualan
manismu semuanya sudah aku hempas dari kehidupanku dengan sangat ku paksakan.
*****
“Ayo
bangun sayang, liburnya sudah selesai”
Bunda membangunkanku pagi sekali
Aku turun untuk sarapan,semua sudah menungguku namun pandanganku
tertuju kursi yang biasa ku duduki kini sudah terisi Riko, untuk apa ia datang
sepagi ini dan seragam itu ah seakan aku sedang bermimpi jika hari ini akan
berbeda dengan hadirnya dia berarti aku harus bagaimana.
“Dek
nanti berangkatnya bareng Riko ya, abang akan berangkat hari ini jadi ayah
mengantarkanku” Kata bang
fahri
“Emmm,,
“ Aku menggantungkan jawabanku
“Kenapa?
Keberatan?” Tanya ayah
“Nggak
yah Cuma abang buru-buru banget baliknya, katanya mau ajak aku ke Bandung nggak
jadi?” Elakku
Sepanjang perjalanan hanya suara musik yang menemani, bukannya aku
tak mau menyapa hanya saja aku tidak yakin akan perasaanku yang semakin tak
menentu jelas aku tak membiarkannya begitu saja.
“Maaf” Riko memulai
“Emmm,
untuk?” Tanyaku seakan tak pernah terjadi
apa-apa
“Yang
pernah aku lakukan denganmu, aku mau menjelaskan semuanya tapi sepertinya kamu
selalu menghindar” Jawabnya
“Ow,
its oke no problem, semuanya udah
aku maafin” Jawabku ngasal
“Tapi,
untuk…”
“Semuanya
sudah berlalu udah lupain aja ya aku udah ikhlas, terimakaih tumpangannya, aku
turun di sini saja” Aku meminta
untuk turun di depan sekolah
Air mata ini turun kembali untuk kesekian kalinya dan hanya
untuknya, tidak adil bukan.Segera aku menuju uks biar tak mengikuti upacara
pembukaan ini aku belum siap untuk hari ini entah untuk besok dan seterusnya.
Sampai jam istirahat aku masih betah di ruang ini sampai pintu terbuka menampakkan
sosoknya, pancaranya masih seperti dulu terlihat begitu khawatir, sembari
membawa semangkuk bubur dan teh hangat.
“Kamu
kenapa? Kalau sakit kenapa tetap sekolah seharusnya tadi di rumah saja” Cerocosnya
“Biasa
urusan perempuan” Jawabku
meyakinkan
Hari yang ku lewati semakin melelahkan aku tak tau harus bagaimana
lagi.
*****
Sudah berbulan-bulan aku menata kembali cerita hidupku kini aku
sudah di ujung masa sma, hari ini aku resmi menjadi alumni aku sudah siap
dengan kebaya biru yang terlihat sangat sederhana namun begitu elegan
kukenakan, aku akan wisuda dan lusa akan berangkat ke Amsterdam untuk
melanjutkan kuliah di sana.
“Happy
graduation” Kata Riko
sambil memberikan buket bunga
“ Thanks, kamu juga” Jawabku
Diantara kita memang pernah ada apa-apa tapi itu dulu kini kita
memilih jalan yang berbeda masalah jodoh itu urusan dewasa, setidaknya kita
pernah ada dalam buku yang sama meski akhirnya ada yang harus melepaskan namun
itu sangat indah bila sudah baik-baik saja. Terimakasih Riko untuk semua harapan
yang telah aku goreskan bersamamu meski aku sendiri yang meraihnya, aku tak
pernah menyesal mengenalmu karena kamu pernah memberi warna hingga timbul
gradasi yang sangat indah.Biarkan buket ini menjadi saksi kisah kita bukan aku
tak mau membawanya namun ada yang lebih menginginkan dan itu sama sekali bukan
aku.
*****
California,
20 Juni 2020, lima hari yang lalu dimana aku memutuskan untuk mengikhlaskan
tentang semua perjalanan yang harus ku lepaskan, kita tidak bisa saling memaksa
untuk tetap tinggal, meski salah satu ada yang terluka tapi itu sudah hal
biasa, karena itu proses mendewasakan. Aku bahagia pernah mengenalku lebih dari
yang orang lain tau.
TAMAT
Rifatusshz
Komunitas Rengkuh Literasi
0 Komentar