Mengulik Peraturan Rumah Tangga IPNU (Part 6)

  

Logo Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) (foto: MCPNU/Wiki)


MCPNU Ponorogo- Kembali lagi di webstie pelajar NU Ponorogo, pusat informasi dan publikasi mengenai dunia IPNU dan IPPNU kota reyog Ponorogo. Pada postingan kali ini akan memuat Peraturan Rumah Tangga Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) yang dikemas dalam rubrik "Mengulik Peraturan Rumah Tangga IPNU" yang sudah memasuki part 5. Berikut merupakan rubrik "Mengulik Peraturan Rumah Tangga IPNU part 6", selamat membaca.. Pada rubrik kali ini, pembahasan akan fokus mengenai pemilihan dan penetapan pengurus di 8 tingkatan, mulai dari Pimpinan Pusat (PP), Pimpinan Wilayah (PW), Pimpinan Cabang (PC), Pengurus Komisariat Perguruan Tinggi (PKPT), Pimpinan Anak Cabang (PAC), Pimpinan Komisariat (PK), Pimpinan Ranting (PR) dan Pimpinan Anak Ranting (PAR). Untuk meringankan pembaca dalam mempelajari serta memahami pemilihan dan penetapan pimpinan diberbagai tingkatan, maka pembahasan akan dibagi menjadi 2 sesi. Pada sesi pertama akan dipaparkan pemilihan dan penetapan pada 4 tingkatan, yaitu PP, PW, PC dan PKPT.  Semoga bisa kita pelajari bersama dan mampu mengamalkan dengan sebaik-baiknya..    


PERATURAN RUMAH TANGGA

IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA


BAB X

PEMILIHAN DAN PENETAPAN PENGURUS


Pasal 23

1. Pemilihan dan penetapan pengurus Pimpinan Pusat ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:


a. Ketua Umum dipilih oleh Kongres atau Kongres Luar Biasa, dan tidak dapat dipilih kembali untuk Masa Khidmat berikutnya.

b. Ketua Umum dibantu oleh formatur yang dipilih oleh Kongres menyusun kepengurusan Pimpinan Pusat.

c. Pimpinan Pusat dikukuhkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

d. Ketua Umum bertanggungjawab kepada Kongres.


2. Pemilihan dan penetapan pengurus Pimpinan Wilayah ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:


a. Ketua dipilih oleh Konferensi Wilayah atau Konferensi Wilayah Luar Biasa, dan tidak dapat dipilih kembali untuk masa khidmat berikutnya.

b. Ketua dibantu oleh formatur yang dipilih oleh Konferensi Wilayah menyusun kepengurusan Pimpinan Wilayah.

c. Pimpinan Wilayah disahkan oleh Pimpinan Pusat dengan rekomendasi Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama.

d. Ketua Pimpinan Wilayah bertanggungjawab kepada Konferensi Wilayah.


3. Pemilihan dan penetapan pengurus Pimpinan Cabang ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:


a. Ketua dipilih oleh Konferensi Cabang atau Konferensi Cabang Luar Biasa, dan tidak dapat dipilih kembali untuk masa khidmat berikutnya.

b. Ketua dibantu oleh formatur yang dipilih oleh Konferensi Cabang menyusun kepengurusan Pimpinan Cabang.

c. Pimpinan Cabang disahkan oleh Pimpinan Pusat dengan rekomendasi Pimpinan Wilayah dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama.

d. Ketua Pimpinan Cabang bertanggungjawab kepada Konferensi Cabang.


4. Pemilihan dan penetapan Pengurus Komisariat Perguruan Tinggi ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut :


a. Ketua dipilih oleh rapat anggota / rapat anggota luar biasa dan tidak dapat dipilih kembali untuk masa khidmat berikutnya.

b. Ketua dibantu oleh formatur yang dipilih oleh rapat anggota menyusun kepengurusan pimpinan komisariat tinggi.

c. Pimpinan komisariat perguruan tinggi disahkan oleh pimpinan cabang dengan rekomendasi majlis wakil cabang NU setempat

d. Ketua pimpinan komisariat perguruan tinggi bertanggungjawab kepada rapat anggota.




Sumber: Naskah Hasil Kongres XIX IPNU, Cirebon, Jawa Barat

Komentar