Oleh:
Dept. Jaringan Sekolah dan Pesantren PC IPPNU Ponorogo
Narasumber:
Drs. H. M. Muhsin, M.H.
Tanpa
terasa kita telah sampai pada penghujung Ramadlan dan hiruk pikuk persiapan
hari raya Idul Fitri sudah mulai terasa. Salah satu yang
mulai dipersiapkan adalah penunaian kewajiban membayar zakat, utamanya zakat
fitrah. Berkaitan dengan hal ini, Rekan IPNU maupun Rekanita IPPNU sebagai
anggota masyarakat yang banyak berkecimpung pula sebagai anggota karang taruna
dan remaja masjid maupun musholla mulai banyak yang diminta untuk membantu
mengelola zakat baik di lingkungan maupun minimal di lingkup keluarganya
sendiri. Di sisi lain, sebagai seorang muslim yang merupakan wajib zakat,
beberapa di antara kita mulai menaruh perhatian terhadap zakat dan berbagai
ketentuannya. Di situ kita mulai menemukan beberapa pertanyaan yang mengganjal
dalam benak kita, entah itu adalah benar-benar sebuah persoalan fiqhiyyah atau
pertanyaan pribadi akibat kurangnya pengetahuan kita. Berikut ini, kami rangkum
beberapa pertanyaan gonjang-ganjing soal zakat yang pernah muncul di benak
beberapa Rekan dan Rekanita dan untuk mendapatkan pencerahannya, kami telah
memohon kepada Drs. H. M. Muhsin, M.H. untuk menjawab pertanyaan yang telah
terkumpul berikut ‘ibarot secukupnya.
Tentang zakat seorang siswa yang telah
ditasharrufkan melalui sekolah, apakah masih wajib bagi orang tuanya untuk
mengeluarkan zakat anak tersebut?
Jawaban:
Pertanyaan di atas, tentu konteknya adalah zakat fitrah. Harus
dikeluarkan oleh Kepala Keluarga untuk seluruh orang yang ada dalam
tanggungjawabnya. Berupa makanan pokok sebesar satu sha’ (2,7 kg beras).
Dikeluarkan sejak tanggal 1 ramadlan sampai menjelang shalat Idul Fitri. Dan
harus disertai niyat oleh yang mengeluarkannya, bersamaan dengan saat
mengeluarkannya, “Ta’jilan, sebelummalam hari raya dan Ada’an, setelah
masuk malam hari raya”.
روضة الطالبين
وعمدة المفتين - (ج 1 / ص 220) : فمنه زكاة الفطر فيجوز تعجيلها بعد دخول رمضان
هذا هو الصحيح وفي وجه يجوز في أول يوم من رمضان لا من أول ليلة.
روضة الطالبين
وعمدة المفتين - (ج 1 / ص 249)
الفطرة قد
يؤديها عن نفسه وقد يؤديها عن غيره وجهات التحمل ثلاث الملك والنكاح والقرابة
وكلها تقتضي وجوب الفطرة في الجملة فمن لزمه نفقة بسبب منها لزمه فطرة المنفق عليه.
Pertanyyan di
atas jawabnya sah, sepanjang memenuhi beberapa hal di atas; dan tidak sah
apabila kurang dari hal-hal di atas.
Termasuk mustahiq zakat dalam kategori apa
zakat yang diterima oleh asatidz lembaga pendidikan, terutama yang berbasis
lembaga Islam?
Jawaban:
Ustadz atau Kyai dapat diberi Zakat Fitrah atas nama Fakir/Miskin
apabila mereka tergolong Fuqoro-Masakin, atau atas nama Amil atau Ghorim,
sepanjang memenuhi syarat untuk hal tersebut.
Dalam
8 ashnaf, ada salah satu ashnaf yakni fi sabilillah. Sebagian berpendapat
seorang kyai atau tokoh agama juga bisa dikategorikan demikian. Lalu
bagaimanakah kriteria yang bisa dikategorikan sebagai ashnaf fi sabilillah?
Mengingat tokoh semua tokoh agama tergolong kalangan menengah ke bawah.
Jawaban:
Asnaf fi sabilillah, menurut madzhab Syafi’i adalah
tentara/ptajurit yang berperang di medan pertempuran; dan mereka tidak menerima
gaji. Tentara yang berperang dengan mendapatkan gaji, mereka tidak boleh diberi
zakat.
روضة الطالبين وعمدة المفتين - (ج 1
/ ص 259) الصنف السابع
في سبيل الله وهم الغزاة الذين لا رزق لهم في الفيىء ولا يصرف شيء من الصدقات إلى
الغزاة المرتزقة.
Zakat yang dikeluarkan sebuah instansi atas
dasar permohonan surat yang masuk, apakah bisa dinamakan sebagai zakat? Dan
atas nama siapakah zakat itu ditasharrufkan?
Jawaban:
Yang wajib membayar zakat adalah orang. Sedangkan lembaga, tidak
wajib bayar zakat. Apabila ada instansi membayar zakat, maka itu bukanlah
zakat, tetapi infaq atau shadaqah, kecuali yang dibayarkan tersebut adalah
hasil pengumpulan dari zakat para karyawannya.
روضة الطالبين وعمدة المفتين - (ج 1
/ ص 196)فصل فيمن تجب عليه الزكاةوهو كل مسلم حر أو بعضه حر فتجب في مال الصبي
والمجنون ويجب على الولي إخراجها من مالهما.
Bagaimanakah seharusnya perlakuan terhadap
muzakki yang mengeluarkan zakat fitrah berupa uang?
Jawaban:
Apabila sering terjadi, orang membayar zakat fitrah dengan uang,
maka sebaiknya panitia menyediakan beras milik panitia sendiri agar bisa dibeli
oleh orang yang tidak siap beras; dan kemudian bisa dibayarkan zakatnya dalam
bentuk beras, bukan uang. Kecuali dengan berpindah ke madzhab Hanafi,
membolehkan membayar zakat fitrah dengan uang, sebesar satu sha’ Hanafi (3,8 kg gandum). (Syarah
al Yaqut al Nafis/Bughyah al Murtasyidin/al Fiqh al Islami wa Adilatuhu)
Apakah kewajiban zakat maal dan zakat
fitrah adalah dua kewajiban yang tidak bisa dijadikan satu? Semisal ada orang
yang sudah mengeluarkan zakat maal dan dia berniat zakat fitrah pula dalam
pentasharufan zakat maalnya itu?
Jawaban:
Kwajiban zakat fitrah dan zakat mal adalah kwajiban
sendiri-sendiri. Syarat dan rukunnya juga sendiri-sendiri.
Syarat wajib zakat mal adalah orang mampu yang memiliki harta genap
satu nisab, sedangkan syarat wajib zakat fitrah adalah baik orang mampu atau
kurang mampu yang mempunyai kelebihan bahan makanan di malam dan siangnya hari
raya.
Orang yang sudah membayar zakat mal di tahun yang sama, tetap wajib
mengeluarkan zakat fitrah.
روضة الطالبين
وعمدة المفتين - (ج 1 / ص 196)الزكاة نوعان زكاة الأبدان وهي زكاة الفطر ولا تتعلق
بالمال إنما يراعى فيها إمكان الأداء. والثاني زكاة الأموال وهي ضربان أحدهما
يتعلق بالمالية والقيمة وهي زكاة التجارة والثاني يتعلق بالعين.
Berkaitan dengan pemahaman bahwa zakat
fitrah wajib ditasharrufkan di daerah dimana seorang muzakki berada saat
Maghrib terakhir bulan Ramadlan, bagaimanakah sesungguhnya ketentuan terkait
pemahaman tersebut? Jika muzakki adalah seorang pekerja dan pada Maghrib
terakhir Ramadlan ia baru mencapai setnglah perjalanan pulang (belum sampai
masuk desanya), apakah zakat fitrahnya wajib ditasharrufkan di daerah tersebut
(di tengah perjalanannya itu, bukan di desanya sendiri)?
Jawaban:
Waktu wajibnya zakat fitrah mulai maghrib terakhir bulan ramadlan
sampai menjelang shalat Idul Fitri, tetapi waktu mulai boleh mengeluarkan zakat
fitrah “Ta’jil”adalah mulai tanggal 1 bulan ramadlan sampai menjelang
shalat Idul fitri. Jadi tidak ada alasan untuk keberatan mengeluarkan zakat
fitrah di daerah sendiri. Apabila di daerahnya masih ada asnaf zakat, maka
tidak boleh memindahkan zakat ke daerah lain.
إعانة الطالبين - (ج 2 / ص
224)والاظهر منع نقل الزكاة عن محل المؤدى عنه إلى محل آخر به مستحق لتصرف إليه،
ما لم يقرب منه،
Bagaimana pula kewajiban pentasharrufan
zakat bagi wajib zakat yang sedang merantau, semisal mondok atau mahasiswa yang
kos dan tidak bisa pulang? Mengingat di masa pandemi ini banyak kasus demikian.
Jawaban:
Yang perlu diingat, bahwa yang wajib mengeluarkan zakat fitrah adalah
orang yang bertanggung jawab (Kepala keluarga/oprang tua). Mahasiswa/orang yang
sedang mondok, zakatnya dikeluarkan oleh orang tuanya yang ada di rumah, bukan
oleh anaknya yang ada di rantau. Kecuali anak tersebut sudah hidup mandiri,
maka dia wajib mengeluarkan zakat di tempat dimana dia hidup dan mengarungi
kehidupan.
Catatan:
Tidak sah orang tua mengelarkan zakat fitrah untuk anak yang sudah
tidak lagi wajib dinafkahi, seperti anak yang sudah aqil baligh. Hal ini jika
dilakukan tanpa izin dari si anak yangbersangkutan. Sementara jika ada izin,
maka sah. (Al-Thariqat al Sadidah)
Apabila zakat atas nama orang lain tidak menjadi tanggungan dari
pelaku zakat, maka zakat dan niat dari pelaku zakat dihukumi sah apabila sudah
mendapat izin dari orang yang dizakati. Seperti pelaku zakat atas nama anaknya
yang sudah baligh (yang fitrahnya tidak menjadi tanggungan pelaku zakat), maka
zakat dan niat tersebut bisa sah apabila sudah mendapat izin dari anaknya yang
sudah baligh tadi. (Fathul Wahab)
روضة الطالبين وعمدة المفتين - (ج 1
/ ص 263)ولو كان له من تلزمه فطرته وهو ببلد فالظاهر أن الاعتبار ببلد المؤدى عنه
وقال في البيان الذي يقتضي المذهب أنه يبنى على الوجهين في أنها تجب على المؤدي
ابتداء أم على المؤدى عنه فتصرف في بلد من تجب عليه ابتداء.
Apakah Rekan-Rekanita yang diminta untuk
membantu mengelola zakat di desanya masing" bisa dikategorikan sebagai
'amil zakat? Mengingat yang dimaksud 'amil adalah yang ditunjuk secara resmi
oleh negara, maka untuk kasus di Indonesia yang patut disebut 'amil hanyalah
BAZNAS. Dan bagaimana hukum Rekan" tersebut menerima sebagian dari zakat
fitrah?
Jawaban:
Tidak bisa disebut sebagai amil, sehingga tidak bisa menerima zakat
atas nama amil. Tepi mereka bisa menerima zakat atas nama fuqoro-masakin bagi
yangsudah di luar tanggungan orang tuanya.Atau dia bisa menrima upah dari
pekerjaannya, membantu pengelolaan zakat.
Adakah ketentuan tentang besaran
pentasharrufan zakat fitrah yang telah terkumpul kepada para mustahiq zakat?
Jawaban:
Tidak ada.
Tetapi harus dilakukan dengan adil.
Apakah bila seseorang tergolong sebagai
mustahiq zakat, maka ia bukan termasuk wajib zakat?
Jawaban:
Untuk zakat fitrah, seseorang yang tergolong mustahiq, apabila
mempunyai kelebihan bahan makanan di malam dan siangnya hari raya, tetap wajib
mengeluarkan zakat, walaupun kelebihan bahan makanan dari diperoleh dari
pemberian zakat yang dilakukan oleh orang lain.
روضة الطالبين وعمدة المفتين - (ج 1
/ ص 196)زكاة الأبدان وهي زكاة الفطر ولا تتعلق بالمال إنما يراعى فيها إمكان
الأداء.
Demikian
gonjang-ganjing soal zakat, alhamudulillah sudah terjawab oleh
penjelasan beliau, Drs. H. M. Muhsin, M.H.. Bagaimanakah, Rekan dan Rekanita?
Sudahkah kalian mendapat pencerahan? Tinggalkan komentar untuk gonjang-ganjing
lainnya yang muncul di benak kalian, ya!
Salam Pelajar!
Penulis : Afid
1 Komentar