CINTA SAJADAH BIRU

Cinta Sajadah Biru
Oleh Eka Lestari



Kerudung biru menjulur panjang menutupi lekuk tubuh gadis pemalu itu, pandangannya tertunduk sepanjang jalan menuju tempat ia menggali ilmu. Setapak demi setapak ia langkahkan kakinya menerjang liku jalan penuh bebatuan. Sepatu biru berhias benang jahitan, menjadi saksi bisu perjalanannya selama di perantauan. Ia memang sengaja tidak membeli yang baru, karena itu adalah sepatu kesayangan pemberian ibunya setahun yang lalu.
“Ya Allah... Sudah jam segini.. aku harus cepat sampai kampus.”
Langkahnya semakin dipercepat dengan mata yang selalu tertuju pada jam tangan. Jarak yang jauh ia tempuh dengan bertumpu pada kedua kaki tanpa rasa iri. Terlahir dari keluarga sederhana bukan halangan untuk menggapai impian. Melewati jutaan kisah hidup pilu adalah tantangan yang harus di takhlukkan.
“Hanifah!!!!! Tunggu....”
Suara nyaring terdengar dari kejauhan, ia menoleh mencari asal suara itu, menatap perlahan namun tak ditemui darimana asalnya “Ahh... mungkin hanya perasaanku saja.” Ia melanjutkan berjalan masuk dari depan gerbang, tak ada lima langkah.
“Hanifah!!!” Suara itu datang kembali menghentikan langkah kakinya, terdengar jelas dari sudut jalan. Tenyata itu adalah Elisa yang tertutup oleh lalu lalang kendaraan. Elisa adalah sahabat sekamar dulu saat dipondok dan sekarang satu kampus meski beda fakultas. Ia dikenal dengan perempuan yang over aktif. Hanifah dan Elisa berjalan bersama menuju kelas masing-masing.
“Hanifah, kamu gak capek apa tiap hari jalan kaki terus?” tanya Elisa.
Hanifah hanya tersenyum mendengar pertanyaan Elisa. Pipi lesung dengan wajah manis membuatnya semakin terlihat cantik. Banyak yang tidak mengetahui tentang kecantikan Hanifah. Jilbab yang menjulur panjang dan sifat pemalunya lah yang menutupi kecantikannya. Ia juga tidak pernah mengumbar foto di sosial media seperti yang mahasiswi lakukan pada umumnya. Karena menjadi wanita mandiri dan cerdas adalah prinsipnya, tanpa harus mengumbar kelebihan yang ia miliki.
“Kenapa kamu tidak naik angkutan atau ojek saja? Kost mu jauh lo fah! tanya Elisa
“Hmmm.. tidak Sa.. aku lebih suka jalan kaki seperti ini, naik angkutan itu mahal. Belum lagi untuk biaya kost ku nanti dan makan setiap hari. Uang untuk naik angkutan kan bisa buat makan dan keperluan lain.” Jawaban Hanifah terdengar begitu lembut.

“Iya sih Fah,,, tapi kenapa kamu tidak mencari kost yang dekat-dekat sini saja? Kan banyak to Fah, kost ku juga ada kamar kosong kalau kamu mau.”

Selebihnya Klik Here Download 

Komentar