TRILOGI IPNU: INTEGRITAS KADER NU DAN BANGSA

TRILOGI IPNU: Integritas Kader NU Dan Bangsa 
Oleh: Pendik/Komplit


Belajar, Berjuang, serta Bertaqwa adalah prinsip IPNU sebagai organisasi keterpelajaran yang harus mengedepankan keilmuan. Keilmuan dalam IPNU menjadi sebuah landasan dalam bersikap. Dalam maksud menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan teknologi dengan semangat peningkatan kualitas SDM dan menghargai para ahli dan sumber pengetahuan secara proporsional. Selain keilmuan landasan sikap yang harus dimiliki IPNU adalah prestasi dan juga kepeloporan. Menjunjung nilai-nilai amal, kerja dan prestasi sebagai bagian dari ibadah kepada Allah SWT. Serta kepeloporan dalam usaha mendorong, memacu, dan mempercepat perkembangan masyarakat.

IPNU sebagai Badan Otonom ormas NU memiliki kewajiban untuk terus bergerak sebagai garda terdepan kaderisasi Nahdlatul Ulama di tingkat pelajar dan santri. Menghimpun, serta mengembangkan potensi sumber daya pelajar dan santri, menyiapkan generasi NU dan bangsa. Di usianya yang tidak bisa dikatakan muda, IPNU telah banyak menghadapi dinamika seiring perkembangan zaman. Hal yang paling fenomenal, adalah pergantian IPNU dari yang sebelumnya “pelajar” menjadi “putra”. Dinamika ini seolah menuntut ilmu membuka ruang adaptasi baru. 

Pada posisi demikian IPNU dituntut untuk survive dengan melakukan pergeseran orientasi dan bidang garap dari pelajar menjadi putra. Pembinaan IPNU tidak lagi hanya terbatas pada warga NU yang berstatus pelajar, melainkan mencakup semua putra NU, baik yang mengenyam pendidikan maupun yang tidak. Hal ini dilakukan sebagai implikasi dari kebijakan yang mengarah pada “depolitisasi pelajar” yakni aturan pemerintah UU No. 8 tahun 1985 tentang Keormasan, dimana disini dinyatakan bahwa organisasi pelajar hanyalah OSIS. Dengan begitu IPNU menyiapkan langkah strategis untuk memberdayakan pelajar dan remaja pada umumnya.

Kesadaran akan pentingnya penguatan basis pelajar dan santri menuntut IPNU untuk kembali pada Khittah 1954 serta menjadi suatu keharusan, dengan mengembalikan visi, misi, orientasi juang, program dan bidang garap IPNU. Kongres XIV 2003 di Surabaya menjadi titik balik IPNU untuk kembali kepada basis utamanya yakni pelajar dan santri. Keputusan kembali ke khittah (pelajar), bukan hanya perubahan nomenklatur “putera” ke “pelajar”. Lebih dari itu, karena pelajar adalah bagian penting yang harus dibina sebagai asset masa depan NU dan bangsa. Keputusan ini dianggap menjadi keputusan yang terbaik di tengah perubahan dan kompleksitas tantangan NU dan bangsa di masa yang akan datang.

Dinamika yang telah dialami IPNU kiranya menjadi kekuatan IPNU itu sendiri dalam menghadapi segala tantangan sehingga IPNU hadir di tengah-tengah kita saat ini. Komitmenk kaderisasi dalam proses rekrutmen kader, pembinaan kader, serta distribusi kader bisa kita lihat hari ini. Bahwa keberhasilan kaderisasi dalam memunculkan kepemimpinan-kepemimpinan baru, seperti yang kita tahu kader-kader purna IPNU saat ini telah mampu berkiprah diberbagai bidang. 
Di Kabupaten Ponorogo, banyak alumni IPNU yang telah sukses sesuai bidang keahliannya. Bisa kita ambil contoh, keberhasilan IPNU dalam mendistribusikan kader-kadernya di ruang publik. Sebut saja, Drs. H. Ibnu Multazam yang menjadi anggota DPR RI/F-PKB. Juga H. Amin, SH Bupati Ponorogo periode 2010 – 2015 adalah kader IPNU Ponorogo, serta masih banyak lagi yang lainnya.

Lantas bagaimana kebutuhan kader IPNU hari ini?
Secara sederhana trilogi IPNU yang setiap kali ceremonial IPNU kita lantangkan harus menjadi sebuah power dalam menjalankan organisasi ini. Dengan kata lain, trilogy akan menjawab apa yang harus kita lakukan. Trilogi IPNU, sejatinya harus menjadi sebuah prinsi dalam menciptakan kader yang memiliki integritas. Integritas merupakan salah satu atribut terpenting atau kunci yang harus dimiliki seorang pemimpin. Integritas bagi IPNU adalah suatu konsep berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan serta nilai dan prinsip-prinsip yang harus dimiliki kader IPNU.

Kata integritas jika disandingkan dengan IPNU sebagai organisasi kader maka kader IPNU harus memiliki komitmen dan prinsip dalam berjuang serta memiliki karakter kuat. Trilogi IPNU (baca: Belajar, Berjuang, Bertaqwa) idealnya menjadi sebuah orientasi aksi dalam rangka mewujudkan kader-kader IPNU yang berintegritas.

Mengupas sedikit trilogi IPNU sebagai proses memahaminya sebagai prinsip. Belajar, IPNU merupakan wadah bagi semua kader dan anggota untuk belajar dan melakukan proses pembelajaran secara berkesinambungan. Dimensi belajar merupakan salah satu perwujudan dari proses kaderisasi. Berjuang, IPNU merupakan medan juang bagi semua kader dan anggota untuk mendedikasikan diri bagi ikhtiar pewujudan kemaslahatan umat manusia. Perjuangan yang dilakukan adalah perwujudan mandat sosial yang diembannya. Bertaqwa, sebagai organisasi kader yang berbasis pada komitmen keagamaan, semua gerak dan langkahnya diorientasikan sebagai ibadah. Semua dilakukan dalam kerangka taqwa kepada Allah SWT. Perjalanan IPNU sebagai organisasi pelajar dapat dikatakan sangatlah matang, dengan berbagai perkembangan dan perubahan disemua bidang. 

Kekuatan struktural IPNU sebagai Underbow NU merupakan keuntungan tersendiri dalam berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Dengan tetap berorintasi sebagai organisasi kaderisasi, untuk menghimpun serta membina pelajar dan santri. IPNU dituntut mampu menyiapkan kader NU dan Bangsa yang memiliki integritas dengan tetap berprinsip pada Trilogi IPNU yakni belajar, berjuang, dan bertaqwa.

Komentar