PONOROGO. Kerukunan umat beragama kiranya menjadi
sebuah komitmen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia.
Hubungan sesama umat manusia berlandaskan toleransi, saling pengertian, dan
saling menghormati dalam kesetaraan pengamalan ajaran agama masing-masing dan
kerjasama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di Ponorogo sedikitnya ada 6
(enam) agama telah diakui secara resmi oleh Pemerintah, serta ada lebih dari 26
aliran kepercayaan.
Berangkat dari hal tersebut Sabtu (27/01), bertempat
di Pendopo Kecamatan Ponorogo beberapa perwakilan tokoh agama dan aliran
kepercayaan berkumpul mendeklarasikan Presidium Lintas Iman. Deklarasi
Presidium Lintas Iman ini merupakan harapan baru masa depan bansa Indonesia yang damai dan penuh toleransi, khususnya di Ponorogo. Deklarasi Presidium Lintas Iman Kabupaten Ponorogo ini dirangkai dalam acara Jagongan Budaya Lintas Iman
untuk memperingati haul Gus Dur Ke-8 dengan mengusung tema “Tanpamu
Repot Gitu Gus”.
Dalam penyampaiannya Kepala
Bidang Pengembangan Pariwisata Dinas Pariwisata Kabupaten Ponorogo Muharjadi,
SH, MM bahwa beberapa tokoh masyarakat lain tertarik dengan adanya Presidum
Lintas Iman di Kabupaten Ponorogo.
“Jagongan Budaya
Lintas Iman di Ponorogo ini bisa jadi masih merupakan satu-satunya di Pulau Jawa.
Tokoh masyarakat dari daerah Kabupaten Gunung Kidul dan Demak tertarik dengan
acara kita” Tegas Muharjadi.
Deklarasi Presidium
Lintas Iman yang dikemas dalam Jagongan Budaya Lintas Iman Haul Gus Dur Ke-8
dengan mengusung tema “Tanpamu Repot Gitu Gus” menjadi simbolisasi bahwa Gus Dur
seolah menjadi sosok tokoh yang menjadi referensi utama terkait pluralisme. Hal
ini selaras dengan pernyataan salah satu anggota Presidium Lintas Iman
Ponorogo, Ahmad Sauji atau yang akrab disapa Kang Jenggo bahwa Gus Dur merupakan
tokoh yang sangat berpengaruh bagi bangsa ini, karena Gus Dur sangat menjunjung
tinggi pluralitas dan kebhinekaan yang ada di negara ini.
Kharisma dan
kemampuan intuitif Gus Dur dinyatakan oleh salah seorang Romo yang terkejut
ketika bertemu dengan Gus Dur di Ciganjur.
“Gus Dur itu
kharismatik dan mempunyai kemampuan intuitif yang hebat, ketima bertemu Gus Dur
di Ciganjur, belum sempat bertanya apa-apa, saya ditanya. Anda Romo dari
Ponorogo ya?” Tandas Romo Bowo.
Acara Deklarasi
Presidium Lintas Iman Ponorogo ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Bapak
Budi selaku penasehat Presidium Lintas Iman Ponorogo kepada Ketua Presidium
Lintas Iman Kabupaten Ponorogo Bapak Abdul Muiz. Acara dilanjutkan dengan
pembacaan naskah deklarasi oleh Romo Bowo, naskah tersebut berisi tentang fokus
perhatian Presidium Lintas Iman Kabupaten Ponorogo. Berikut naskah Deklarasi
Presidium Lintas Iman Kabupaten Ponorogo.
Presidium
Lintas Iman dan Budaya Kabupaten Ponorogo
Fokus
Perhatian
1.
Nilai-nilai adiluhung dari tradisi dan budaya masyarakat Ponorogo
yang bersifat universal tanpa harus dibatasi dengan ideologi
apapun.
2.
Nilai-nilai luhur dari kebudayaan manusia Ponorogo secara luas,
berikut peradabannya baik secara religi,
agama, sosial, politik, dan kemanusiaan.
3.
Artefak seni dan kebudayaan masyarakat Ponorogo dari berbagai macam tata ruang dan tata
ritual serta bentuk keyakinan dan kepercayaan
yang ada sampai saat ini.
4.
NKRI Harga Mati! Ideologi Pancasila dibumikan kembali
di tengah pluralitas masyarakat Ponorogo dalam semangat kebhinekaan.
5.
Benteng dari radikalisme dan terorisme
yang ingin merong-rong NKRI dan Pancasila.
6.
Mencintai Bumi Ponorogo
yang kaya akan nilai-nilai adiluhung dari seni,
tradisi, dan kebudayaan yang ada sampai saat ini.
7.
Merawat dan mempromosikan artefak seni dan kebudayaan dari berbagai macam ideologi
agama dan aliran kepercayaan secara menyeluruh,
sehingga mendapat perhatian khusus dari Dinas
Pendidikan dan Dinas Pariwisata
PEMKAB Ponorogo.
Dengan
adanya pendeklarasian Presidium Lintas Iman di Kabupaten Ponorogo, diharapkan akan
memberikan dampak positif terhadap kehidupan sosial-keagamaan masyarakat di
seluruh wilayah Kabupaten Ponorogo.
“Jagongan
Budaya Lintas Iman ini bisa menjadi solusi pemersatu bangsa dan mencegah konflik-konflik
yang menggunakan isu SARA” Imbuh Muharjadi.
Acara
Jagongan Budaya Lintas Iman kali ini, diiringi oleh Gamelan Kyai Iket Udeng (Red.
KIU) komunitas Maiyah Kabupaten Ponorogo. (Krisdianto/Pendik)
0 Komentar