ZAMAN NOW 2018



PONOROGO. Zaman Now adalah analogi zaman yang serba serba dalam melakukan apa apa. Hal berat menjadi ringan, hal jauh menjadi dekat begitu juga sebaliknya. yang berjarak menjadi lekat yang kerabat menjadi jarak.

Remaja akan di benturkan dengan nuansa masyarakat yang serba hedonisme dan radikalisme, sebab pola berfikir tanpa di iringi pola berdzikir menjadi fenomena di masyarakat ra'yat. Mengingat bahwa hari ini sudah 2018 tahun usia bumi sejak kelahiran nabi isa a.s, dan tak terhitung berapa tahun sejak bumi di adakan oleh sang pencipta di dalam keluarga jagad raya ini.

Sayyidina Ali r.a mengatakan "Aku khawatir dengan suatu masa yang rodanya dapat menggilas keimanan. Keyakinan hanya tinggal pemikiran yang tak berbekas dalam perbuatan.
- Ada yang baik tapi tak berakal, ada yang berakal tapi tak beriman.
- Ada yang berlidah fasih tapi berhati lalai.
- Ada yang khusyuk namun sibuk dalam kesendirian.
- Ada ahli ibadah namun mewarisi kesombongan iblis.
- Ada ahli maksiat tapi rendah hati.
- Ada yang banyak tertawa hingga hatinya berkarat, ada yang menangis karena kufur nikmat.
- Ada yang murah senyum namun hatinya mengumpat, ada yang berhati tulus namun wajahnya cemberut.
- Ada yang bertutur bijak namun tak memberi teladan.
- Ada pezina yang tampil menjadi figur.
- Ada yang punya ilmu tapi tak paham.
- Ada yang paham tapi tak mengamalkan.
- Ada yang pintar tapi membodohi.
- Ada yang bodoh tapi tak tahu diri.
- Ada yang beragama tapi tak berakhlak.
- Ada yang berakhlak tapi tak bertuhan.
Lalu diantara semua itu, dimanakah aku berada?"

Terbelalak tanpa kedipan jika kita membaca pesan dan perkataan sayyidina Ali r.a dua belas abad lebih silam. Seakan akan kita tersadar, bahwa bungkus menjadi branding harga manusia pada sekarang ini, penampilan menjadi pandang hati, sorban menjadi identitas keimanan, jidat hitam menjadi stemple keikhlasan. Padahal Kanjeng Nabi Muhammad s.a.w di utus kedunia untuk menyempurnakan Akhlaq bukan berpenampilan manusia kasir syurga.

Melakukan kewajiban sebagai hamba, harus didasari pemahaman manusia adalah hamba, bukan juragan. Melakukan pengabdian kepada masyarakat, harus di bekali kemampuan abdi bukan materi. Melakukan keikhlasan cukup hanya dibekali bodoh dalam berfikir dapat apa aku nanti. (Wahyu | Komplit)

Komentar