إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“Amalan-amalan itu tergantung pada niatnya.”
Niat menentukan nilai dari amalan yang dilakukan seseorang. Niat juga
menentukan kualitas suatu perbuatan. Dengan niat perbuatan
seseorang akan dinilai sebagai ibadah atau hanya kebiasaan belaka. Dalam
madzhab Imam Syafi’i, niat puasa wajib dilakukan pada malam hari, yakni waktu
setelah terbenamnya matahari (maghrib) sampai dengan sebelum terbitnya fajar
shadiq (belum masuk waktu shalat Subuh). Dalam sabda Nabi SAW disebutkan:
مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا
صِيَامَ لَهُ
“Barangsiapa yang tidak berniat puasa pada malam hari maka tak ada puasa baginya.” (HR.
Ahmad, Abu Dawud, Nasai, Tirmidzi, dan Ibnu Majah) – (Hasan Sulaiman Nuri dan
Alwi Abas al-Maliki, Ibanatul Ahkam fii Syarhi Bulughil Maram, juz 2,
hal. 376)
Untuk puasa wajib, termasuk puasa bulan
Ramadhan, niat harus dilakukan setiap malam karena puasa dalam tiap-tiap
harinya adalah satu ibadah tersendiri. (Nawawi al-Bantani, Kaasyifatus Sajaa,
hal. 192) Dengan demikian bila seseorang lupa belum berniat pada malam hari
maka puasa pada siang harinya dianggap tidak sah.
Dalam hal ini, terjadi beberapa kasus dimana
kita lupa berniat di malam puasa Ramadhan. KH. A. Idris Marzuki, Pengasuh PP.
Lirboyo pernah memberikan saran untuk para santri berniat di awal puasa dengan
niatan puasa satu bulan untuk mengantisipasi saat kita lupa niat di malam hari. Hal ini merujuk pada pendapat Imam Malik yang memperbolehkan menjadikan satu niat di awal bulan Ramadhan.
Namun, niat ini tidak lantas menggugurkan kewajiban untuk melakukan niat di tiap
malam Ramadhan, sebab keabsahan niat sebulan penuh di awal puasa juga memiliki
perbedaan pendapat di kalangan para ulama madzhab. Salah satunya sebagaimana
yang disampaikan Syekh Taqiyyuddin Abu Bakar bin Muhammad
Al-Hishni dalam Kifayatul Akhyar:
ولا يصح الصوم إلا بالنية للخبر. ومحلها القلب, ولايشترط
النطق بها بلا خلاف, وتجب النية لكل ليلة لان كل يوم عبادة مستقلة, ألا ترى أنه لا
يفسد بقية الأيام بفساد يوم منه. فلو نوى الشهر كله, صح له اليوم الأول على المذهب.
“Puasa tidak sah tanpa niat. Keharusan niat didasarkan pada hadits. Tempat niat itu di
hati. Karenanya, niat tidak disyaratkan secara lisan. Ketentuan ini disepakati
bulat ulama tanpa perbedaan pendapat. Niat puasa wajib dipasang setiap malam.
Karena, puasa dari hari ke hari sepanjang Ramadan merupakan ibadah terpisah. Coba
perhatikan, bukankan puasa Ramadan sebulan tidak menjadi rusak hanya karena
batal sehari? Kalau ada seseorang memasang niat puasa sebulan penuh di awal
Ramadan, maka puasanya hanya sah di hari pertama. Demikian pendapat ini madzhab
(Madzhab Syafi’i).”
Sebagai wujud kehati-hatian (ihthiyath) alangkah baiknya kita memasang pengingat di tempat-tempat strategis agar tetap ingat untuk berniat setiap malam. Atau, pastikan mengikuti shalat tarawih berjamaah karena imam biasanya memimpin niat puasa selesainya witir dan doa.
Sebagai wujud kehati-hatian (ihthiyath) alangkah baiknya kita memasang pengingat di tempat-tempat strategis agar tetap ingat untuk berniat setiap malam. Atau, pastikan mengikuti shalat tarawih berjamaah karena imam biasanya memimpin niat puasa selesainya witir dan doa.
Wallahu A’lam.
0 Komentar