Bagaimana seharusnya hidup di zaman “Generasi
Milenial”? Bagaimana bersikap sebagai anak yang di cap “kids zaman
now”?
Menjadi generasi zaman sekarang banyak
sekali tantangannya. Bukan hanya lagi tantangan berperang melawan penjajah dari
luar negeri, tetapi dalam negeri bahkan dari dalam diri sendiri yang seringkali
membuat generasi sekarang ini salah dalam menempatkan diri. Tantangan yang sekarang harus benar-benar
dilawan kaum muda adalah melawan nafsu diri, melawan teknologi, melawan
ideologi-ideologi yang radikal. Nah, loh? Serem nggak sih hidup di zaman
now?
Maka dari itu kawan, mulai sekarang coba
kita memulai untuk berbenah diri, megubah diri, melawan nafsu diri dan mulai
mengubah mindset orang-orang bahwa “kids zaman now” tidak melulu
berkaitan dengan hal-hal yang berbau negatif. Dimulai dari diri sendiri,
keinginan yang kuat dalam hati. Bismillah, setiap keinginan atau kemauan
pasti ada jalan. Haqqul yaqin bahwa Allah mengikuti prasangka hamba-Nya.
Apalagi untuk kebaikan, ridho Allah semoga selalu menyertai. Amin.
Aku sesuai persangkaan hamba-Ku pada-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat sendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada itu (kumpulan malaikat). (Hadits Qudsy - Muttafaq ‘alaih)
Sebagai kids zaman now,
kita tidak boleh ketinggalan zaman. Maka dari itu kita harus pandai memilih dan
memilah dalam memanfaatkan teknologi, dengan cara kita melek teknologi,
mengambil manfaat sebanyak-banyaknya dalam mengikuti arus perkembangannya.
Karena bagaimanapun, tetap kitalah sang pemegang kendali pertama dalam
kehidupan kita. Tinggal bagaimana kita menjalankan semuanya. Right?
Karena diri kita adalah pemenang dari kehidupan kita, kita adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam hidup kita.
Karena diri kita adalah pemenang dari
kehidupan kita, kita adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam hidup kita. Maka
dari itu, mau jadi apa kita di masa depan kita sepenuhnya yang dapat merangkai.
Persentase tambahan bagi elemen-elemen pendukung hanya beberapa persen saja seperti
semangat dukungan dan lain-lain, kecuali ketentuan Allah. Ketentuan Allah pun
masih bisa diubah jika kita mau merubahnya karena Allah selalu mengikuti
prasangka hamba-Nya.
Maka, nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kau dustakan? (Ar-Rahman: 13)
Lalu, nikmat Tuhan mana yang dapat kau dustakan? Karena
motivasi dan semangat dari orang-orang dan keadaan di sekitar pun masih akan
kalah dengan kekuatan keyakinan yang ada dalam pikiran kita. Yang pasti perpaduan
keyakinan dalam diri dan keyakinan pada Sang Pencipta yang kita harapkan akan
ikut andil dan mencampuri segala harapan untuk menjadi lebih baiklah yang
selalu menjadi tujuan akhir kita.
”Balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya. Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu dia melanjutkan dengan kebaikan lainnya, maka itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula barangsiapa yang melaksanakan kebaikan lalu malah dilanjutkan dengan amalan kejelekan, maka ini adalah tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan.” (Ibnu Rajab dalam Latho-if Al Ma’arif)
Kesimpulannya, semua hal yang terjadi
dalam hidup kita, semua adalah hasil pemikiran atau sistem yang terbentuk dalam
alam bawah sadar kita yang kita susun sendiri. Termasuk di dalamnya, jika kita
terbiasa berpikir positif, hidup kita perlahan akan berada pada keadaan-keadaan
yang positif dan akan membuat kita selalu bersyukur. Tetapi, jika kita berpikir
negatif, maka yang terlihat tentu hidup yang selalu sengsara. So, silahkan
mulai tetapkan pilihanmu, Kawan!
Mulailah merangkai masa depanmu! Mulai
tulis rencanamu, akan menjadi apa kamu di masa depan! Tuliskan semuanya! Karena,
tidak ada yang salah dari tulisan. Pikirkan lalu tulis dan yakini! Percayalah,
pada saatnya nanti kamu akan berkata, “Aku pernah berpikir dan menuliskan hal
yang saat ini sedang kujalani. Dan karena kuasa-Mu, ya Rabb, aku bisa meraih
keinginan, angan dan semua hal yang aku cita-citakan.”
Ini akan membawamu dalam mensyukuri
nikmat Allah. Teruslah mempunyai keinginan untuk berbenah diri, maka Allah akan
mendekatkanmu dengan orang dan keadaan yang akan membawamu menjadi lebih baik
dan bermanfaat untuk alam tempatmu tinggal.
Semakin kamu berjalan kamu akan semakin
menemukan banyak hal untuk dijadikan pelajaran. Entah nanti dalam bentuk
kesenangan atupun kesakitan yang akan membawamu untuk terus belajar. Bukankah
itu sangat menyenangkan menjadi orang yang peduli dan dapat bermanfaat untuk
orang lain? Kemudian, kebaikan itu akan terus mengalir kemudian tumbuh layaknya
biji kecambah yang terus tumbuh menjadi biji baru lagi dan terus menerus akan
begitu. Kebaikan yang akan terus mengalir tanpa henti yang akan tumbuh menjadi
ladang amal. Subhanallah. Yang perlu kamu lakukan adalah bersyukurlah
kemudian mulailah dari sekarang!
"Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam suatu sunnah (perbuatan) baik, maka baginya (mendapat) pahala dari perbuatannya tersebut dan pahala dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya, tanpa mengurangi pahala mereka (yang mengikuti). Dan barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam suatu sunnah (perbuatan) buruk, maka baginya (mendapat) ganjaran dari perbuatannya tersebut dan ganjaran dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya, tanpa mengurangi ganjaran mereka (yang mengikuti)." (HR. Muslim)
Penulis : Alif Anggraini (LKP PC IPPNU Ponorogo/Ketua PAC IPPNU Slahung)
0 Komentar