Pembelajaran Daring, lebih terkesan garing.




foto:ilustrasi,
Merebaknya wabah virus Corona atau COVID-19 ditanah air, menjadikan tantangan tersendiri bagi seluruh elemen kehidupan, karena mengingat pandemi ini begitu cepat menular, melalui kontak langsung, maupun tidak langsung, sehingga pemerintah menghimbau untuk mengurangi sejumlah aktifitas masyarakat yang bertujuan untuk menekan jumlah penyebaran virus, dari terpaparnya masyarakat serta kematian.

Dengan adanya kebijakan Physical distancing, membatasi ruang gerak masyarakat, mulai dari bekerja, bersosial, beribadah, termasuk juga kegiatan belajar mengajar  di sekolah, maka kita dituntut untuk berpikir cerdas dan bertindak tepat, agar tetap dapat menjalankan aktifitas sebagaimana mestinya.

              Perkembangan teknologi yang saat ini telah bertransformasi menjadikan serba digital, hal ini memberikan banyak kemudahan, dilain sisi memang ada dampak negatifnya, namun pemanfaatan dengan sistem internet sudah banyak digunakan, mulai dari pelayanan jual beli, pemeritahan, pesan hotel, pesan ojek, makanan, tak lupu juga dalam proses pembelajaran. Dewasa ini penggunaanya kini kian dimaksimalkan secara besar-besaran. Pembelajaran yang sebelumnya 80 persen dilaksanakan dengan tata muka dan secara langsung didalam kelas, seluruh aktifitas dilaksanakan disekolah, sekarang dengan adanya kebijakan untuk mengurangi kontak langsung dengan orang lain, karena kondisi yang semacam ini, mengharuskan 100 persen proses pembelajaran dilaksanakan dengan metode daring,  namun apakah sudah berjalan dengan maksimal, dan efektif seperti yang diharapkan?.

           Generasi milenial dan generasi Z adalah anak zaman yang dibesarkan dimana era digitalisasi sudah berkembang pesat, bahkan hingga pelosok desa telah menikmati layanan internet, walaupun belum secara menyeluruh, maka wajar jika mereka sedari kecil telah bercengkrama dengan teknologi, bahkan keahlian mengoperasikan melebihi dari orang-orang generasi sebelumnya. Lantas bagaimana dengan kondisi pelajar saat ini, yang mayoritas adalah generasi milenial dan generasi Z, apakah penggunaan teknologi menjadikan mereka jauh lebih cepat dalam menerima materi pembelajaran?, 

Adanya wabah ini, penggunaan media pemelajaran e-learning, telah dilaksanakan diberbagai lembaga. Progam belajar dirumah, menjadi solusi untuk tetap menjalankan pembelajaran ditengah wabah, melalui berbagai fasilitas teknologi, guru melaksanakan pembelajaran via daring, baik whatsaap grup, zoom, ruang guru, blog, google form, google class, dan banyak lagi, namun apakah hal tersebut sudah berjalan dengan semestinya?, maka kita semua yang harus menjawabnya.  Memang,  secanggih apapun teknologi tidak mampu menggantikan peran sosok guru, hanya saja dengan adanya teknologi mempermudah prosesnya.

Berdasarkan hasil penelitian PW IPNU Jatim 92,29 Persen pelajar menginginkan metode belajar Daring yang kreatif, jika dilihat berdasarkan karakteristik Milenial dan Z mereka cenderung untuk mudah bosan dan menginginkan hal yang menantang, maka perlu ada inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran Daring. Namun hal ini tidak sepantasnya menyudutkan salah satu pihak, melainkan seluruh elemen juga harus ikut terlibat demi suksesnya pendidikan nasional dalam kondisi genting saat ini. Dalam mencapai target-target pembelajaran tidak hanya guru, dan instrument pendidik lainya saja, melainkan siswanya sendirilah yang harus juga berusaha. Maka kiat-kiat sukses belajar dirumah, perlu dijalani untuk menumbuhkan motivasi belajar. 

Keterbatasan guru dalam memaksimalkan akses internet memang juga mempengaruhi dalam proses pemebelajaran, kurangnya inovasi dalam penyampaian dinilai monoton dalam metodenya, dan hal ini akhirnya lebih pada memaksa siswa untuk dibebani dengan segudang tugas yang memberatkan. Kebanyakaan siswa mengakui lebih memilih belajar langsung bertatap muka dengan guru, selain itu pemelajaran dirumah, lama-kelamaan juga mengalami kejenuhan. Orientasi pembelajaran Student centered learning diharapkan guru mampu memberikan stimulus siswa belajar secara aktif.

Penggunaan konten kreatif dalam pembelajaran daring, memberikan penyegaran bagi siswa, minimal untuk tetap dirumah, dan mengurangi rasa cemas dalam menghadapi wabah COVID-19, dengan memadukan antara audio visual, baik konten video, poster, diskusi online, kuis, aplikasi belajar, dan juga artikel yang menarik, sehingga menumbuhkan kreatifitas siswa. Selain itu, perlu juga kita sadari tingkat minat baca masyarakat kita, masih tergolong rendah, maka bagaimana jika pembejaran daring bukan hanya terkesan membebani tugas, melainkan juga mampu menstimulus siswa meningkatkan minat bacanya.

guru yang kreatif, memberikan tugas yang efektif”, statement ini lantas menjadi bahan refleksi, bahwa diera revolusi industry 4.0, kondisi yang serba digital, ternyata kita masih belum mampu memaksimalkan potensinya, bahkan pembelajaran daring yang dinilai efektif untuk menjadi solusi kondisi saat ini, masih terkesan garing karena hanya membebankan tugas dan belajar secara mandiri. Seyogyanya ada komunikasi dua arah antara guru, orang tua dan siswa bagaimana baiknya proses pembelajaran via daring yang efektif, menarik dan maksimal capaianya.

Komentar