Celoteh di Pagi Hari


 

Di suatu Desa yang cukup jauh dari area perkotaan, dengan suasana lingkunganya yang masih asri dan belum tercemar oleh polusi. Nama desa itu adalah Bondrang. Terletak di Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo. Di Desa tersebut hiduplah seorang anak yang memiliki rasa keingintahuan tinggi terhadap suatu hal. Rasa ingin tahunya yang tinggi mendorong anak tersebut untuk berfikir kritis dalam menganalis suatu perkara. Namanya adalah Seta. Ia berasal dari keluarga yang sederhana. Kedua orang tuanya bekerja sebagai seorang petani, dimana penghasilannya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Dari kehidupan yang sederhana itu, Seta memiliki kesadaran akan betapa pentingnya sebuah usaha untuk mencapai sesuatu. Hal itulah yang menyebabkannya memiliki rasa keingintahuan tinggi terhadap suatu perkara, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan.

Semilir angin sepoi-sepoi diiringi terbitnya sang surya dari ufuk timur membuat mata Seta memandang dengan kekaguman terhadap ciptaan-Nya. Seraya duduk di-emperan rumah ia berkata “Subhanallah” yang menandakan rasa syukur atas nikmat Tuhan yang nampak dihadapannya. Sambil membaca sebuah buku berjudul "Sejarah Islam", ia nampak sangat menghayati dalam memahami kata demi kata untuk mendapatkan pengetahuan baru. “Srruppppp, ahhh...nikmat sekali kopi ini”, katanya serasa menyeduh kopi yang masih panas. Di tengah-tengah menyeduh kopi ia menemukan sebuah pengetahuan baru dari buku yang dibaca tadi. “Ohh...jadi seperti ini sejarahnya, mengapa sebagian besar umat Nabi Ibrahim As yang awalnya menganut ajaran monoteisme berubah total menjadi paganisme setelah wafatnya Nabi Ibrahim”, gumamnya dalam hati sambil mengangguk-anggunkkan kepala. Tiba-tiba.. “plakkkkk” sebuah tamparan keras mengenai pundak Seta. Ia terkejut sekaligus merasa kesakitan seraya berkata “wahh sialan lu Khur, dateng-dateng gak ngucap salam ehh... malah nabok pundak orang”, ucapnya. “Hehehe....ya maap, abisnya lu pagi-pagi udah nglamun aja” ujar Fatkhur sambil cengengesan. Fatkhur ini adalah sahabat karibnya Seta sejak dari Sekolah Dasar (SD). Ia juga memiliki sebuah rasa keingintahuan terhadap suatu perkera khususnya dalam bidang teknologi.

“Gua nggak nglamun khur,  tapi lagi mikir”, jawab Seta dengan agak dongkol. Fatkhur duduk disamping Seta seraya berkata, “emang lagi mikirin apa lu Ta? Serius amat kayaknya”. Sambil mengelus-elus pundaknya yang masih terkena tampol tadi Seta menjawab, “ini nih Khur, pada zaman jahiliyah sebelum Nabi Muhammad lahir. Sistem keyakinan bangsa arab terdahulu adalah menggunakan sesembahan patung sebagai perantara doa-doa mereka kepada Tuhan. Padahal sejarahnya, bangsa arab jahiliyah terdahulu merupakan penganut ajaran monoteisme yang didakwahkan oleh Nabi ibrahim. Kok bisa pada zaman jahiliyah tersebut menjadi penganut paganisme?. Nah ternyata dibuku ini dijelaskan Khur kalau.....”. Belum selesai seta menjelaskan, Fathur menyela, “ehh bentar-bentar, emang monoteisme sama emmmm... apa tadi eeee... iya, sama paganisme itu apa sih maksudnya?", tanyanya dengan agak kebingungan. “Ohh iya gua lupa belum ngejelasin. Pertama, monoteisme itu adalah sebuah sistem kepercayaan terhadap satu Tuhan Khur. Contohnya kalau dalam Islam itu, kita menyembah Allah sebagai nama Tuhan bagi umat Islam. Kedua, paganisme itu adalah sebuah sistem kepercayaan lebih dari satu Tuhan. Contohnya sistem kepercayaan Yunani kuno yang menyembah banyak dewa sebagai Tuhan mereka”. Sambil mengangguk-anggukkan kepala Fatkhur berkata, “ohh gitu ya, intinya kalau monoteisme itu Tuhan nya satu, terus kalau paganisme itu Tuhannya banyak?”. “Nah betul Khur, cerdas lu”, ujar Seta dengan nada mengejek. “Wahh sialan lu Ta, gini-gini gua selalu rangking satu dikelas” celoteh Fatkhur dengan perasaan jengkel.

“Hahahahaha......santai aja kali, kan cuma becanda”, Kata seta seraya tertawa. “Hmmm iyalah....udah mending lu lanjutin lagi ceritanya”, ujar Fathur dengan kesal. Seraya membuka bukunya Seta melanjutkan penjelasannya, “jadi gini Khur, setelah wafatnya Nabi Ibrahim As dan juga Nabi Ismail As, selang beberapa waktu kemudian. Banyak masyarakat yang menunaikan ibadah haji ke Makkah terutama masyarakat pendatang yang mengeluh bahwa tempat untuk thawaf sangatlah sempit karena padatnya penduduk yang menghuni kota Makkah tersebut. Suatu ketika seorang pembesar kota Makkah saat itu, yaitu Amr bin Luhay mempunyai inisiatif untuk memerintahkan para jamaah haji dari luar daerah untuk membawa batu yang berada disekitar Makkah ke daerahnya masing-masing. Batu yang dibawa oleh para jemaah haji tersebut agar digunakan sebagai replika ka’bah di daerahnya masing-masing. Mulai dari situlah terjadi beberapa penyelewengan-penyelewengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Ibrahim As Khur”.

Sambil memikirnkan suatu hal, Fatkhur berkata, “kalau gua denger dari penjelasan lu tadi, bisa gua tarik kesimpulan bahwa apa terjadi pada umat Nabi Ibrahim As itu adalah sebuah degradasi ajaran. Maksudnya, ada perubahan sebuah ajaran seiring dengan perkembangan zaman, juga dipengaruhi oleh pergolakan budaya yang berada dalam masyarakat tersebut. Simpelnya seperti ini Ta, dalam sebuah perkembangan teknologi informasi berupa Whattsapp (WA). Pada awal mula muncunya WA, bertujuan sebagai media pengelolaan informasi antar individu dengan biaya yang relatif murah dibandingkan dengan menggunakan media SMS. Dengan mulai perkembangan teknologi dan budaya masyarakat, ada penambahan fitur seperti ada penambahan status/story pada WA. Namun, seiring dengan berkembangnya media WA tersebut, terdapat beberapa oknum yang menggunakannya sebagai tindak kejahatan, seperti penipuan, asusila, kekerasan dan lain sebagainya. Hal ini sama halnya dengan perubahan ajaran yang dibawa Nabi Ibrahim As tadi Ta, karena kurangnya kewaspadaan serta penjagaan terhadap suatu perkara akan menimbulkan perubahan makna yang cukup signifikan tanpa kita menyadarinya”, ujar Fatkhur dengan sangat kritis.

“Wahh bener banget tuh Khur, karena kurangnya kewaspadaan dan penjagaan masyarakat terhadap ajaran yang dibawa oleh Nabi Ibrahim As telah diselewengkan oleh pengikutnya sendiri. Khususnya bagi para penguasa, karena apabila ada sedikit saja ada ketidakwaspadaan penguasa dalam menjelaskan ajaran Nabi, maka akan berimbas kepada masyarakat luas. Karena penguasa merupakan seorang publik figur yang memungkin seluruh intruksinya pasti dilakukakan oleh rakyatnya”, jawab Seta dengan penuh semangat. “Betul tuh Ta, oleh karena itu sebagai seorang muslim yang berpengetahuan kita harus selektif dalam memilah suatu informasi baik dari ahli sejarah maupun dari seorang penguasa sekalipun. Bukan dalam rangka suudzon, tapi demi kemaslahatan umat serta kemurnian ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw”, respon Fatkhur dengan antusias.

“Setuju gua Khur, memang seharusnya begitu.. ehhhh udah jam setengah 7 aja nih, gua mau persiapan dulu ya buat kuliah” ujar Seta sedikit kaget saat melihat arlojinya menunjukkan pukul 06.30. Sambil berdiri Fatkhur berkata, “iya nih, gua pulang dulu ya.....mau persiapan sekolah juga... assalamu’alaikum” seraya melangkahkan kaki menuju rumahnya. “Ok Khur.... wa’alaikumussalam”. Merekapun mulai berpisah untuk menimba ilmu di tempat masing-masing.

 

 

Penulis : Pena_Santri

Instagram        : Pena_Santri20

Editor : Iput

Posting Komentar

0 Komentar