Rubrik Kamu Harus Tau Edisi 4 : Makna Filosofis Trilogi Gerakan (Belajar, Berjuang dan Bertaqwa)

Trilogi IPNU IPPNU (MCPNU/J.pg)


Kembali lagi di rubrik mingguan MCPNU Ponorogo, tak lain tak bukan yaitu "Rubrik Kamu Harus Tau". Pada edisi ke-4 ini akan membahas tentang Trilogi Gerakan yang sering diteriakkan rekan IPNU dan rekanita IPPNU. Jika mendengar kalimat "salam pelajar!", maka  rekan-rekanita secara responsif akan menjawab dengan trilogi kebanggaan mereka "belajar, berjuang, bertaqwa!". 

Makna apa sih yang terkandung dalam trilogi tersebut? jangan sampai rekan-rekanita hanya berteriak saja tanpa mengerti filosofi yang terkandung di dalamnya, jangan sampai kita tergolong dalam kutipan pepatah "tong kosong nyaring bunyinya". Maka dari itu kamu harus tau dan cari tau jawabannya di rubrik "kamu harus tau". Selamat membaca.. 

Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) mempunyai semangat trilogi gerakan, yaitu Belajar, Berjuang, dan Bertaqwa. Filosofi semangat trilogi gerakan ini terrepresentasikan dalam sosok pendiri dan ketua pertama IPNU, KH Tolchah Mansoer. Dalam buku “KH. Moh. Tolchah Mansoer: Biografi Profesor NU yang Terlupakan”, salah satu penulis buku, Fahsin M Faal, menyampaikan bahwa sosok Kiai Tolchah Mansoer ada dalam semangat Trilogi Gerakan. Dalam filosofi belajar, Kiai Tolchah adalah sosok kader yang memiliki kegigihan dan semangat belajar yang luar biasa.

Dalam filosofi berjuang, Kiai Tolchah adalah sosok pejuang yang totalitas dalam berjuang melalui partai politik, kampus, dan juga di tengah-tengah masyarakat. Hal itu dibuktikan ketika Kiai Tolchah di Jogja pernah menjadi Wakil Gubernur melalui Partai NU sebagai bentuk pengabdian dalam kancah politik.

Sementara di dunia pendidikan, Kiai Tolchah berjuang dengan mengajar dan menjadi pimpinan berbagai perguruan tinggi sehingga kadernya pun banyak. Bahkan beliau saat itu tetap mengajar anak kecil di madrasah. Bentuk perjuangan lainnya beliau lakukan di tengah-tengah masyarakat melalui dakwah di banyak tempat, bahkan sampai ke Makassar.

Dalam filosofi bertaqwa, Kiai Tolchah adalah santri autodidak yang diakui kealimannya. Beliau adalah kiai yang tidak hanya basa-basi di forum, tetapi benar-benar kiai dan diakui oleh kiai-kiai besar seperti Kiai Achmad Siddiq, Kiai Muchit Muzadi, Kiai Abdullah Hamid. KH Tolchah Mansoer memang sosok yang banyak berkontribusi melalui gagasan-gagasan yang hebat. Penulis buku yang lain, Zaenul Arifin, menambahkan bahwa di antara gagasan yang ditulis dalam disertasi Kiai Tolchah ini ada ide yang dipakai pada masa kini.

“Beliau yang memang pakar hukum tata negara dalam disertasinya menyampaikan ide presiden dan wakil presiden menjabat maksimal dua periode. Disertasi itu selesai disusun pada tahun 1969 dan pada era Reformasi gagasan tersebut mulai dipakai,” terangnya.

Sumber : https://www.ipnu.or.id/filosofi-belajar-berjuang-dan-bertaqwa-dalam-sosok-pendiri-ipnu/

Editor : Triono

Komentar