Sholat? Perlukah??

 

Ilustrasi orang berdoa (MCPNU/J.p.g)

“Allahu akbar.. Allahu akbar...” lantunan suara adzan yang menandakan waktu shalat Mahgrib telah tiba diiringi dengan terbenamnya sang Surya. Masyarakat sekitar mulai berbenah diri guna persiapan shalat Mahgrib di masjid Jami’ An-Nawawi. Masjid tersebut merupakan bangunan masjid pertama yang ada di Desa Bondrang kecamatan Sawoo. “Bremmm.....” suara motor yang dikendarai Fatkhur sedang menuju masjid, seraya menikmati indahnya pemandangan matahari terbenam. “tin tin...” suara klakson motor pak Rivai. “mari dek Fatkhur, saya duluan”, ujar pak Rivai terhadap Fatkhur dengan lemah lembut. “Iya bapak, mari”, jawab Fatkhur dengan penuh taqdim. Pak Rivai merupakan seorang yang ahli dalam bidang keagamaan, ia juga menjadi ta’mir masjid Jami’ An-Nawawi.


Sesampainya Fatkhur di masjid seraya memparkirkan motornya, “ehh elu Ta, tumben udah pulang kuliah?” sapa Fatkhur kepada Seta sambil turun dari motornya. “Alhamdulillah, udah nih Khur”, jawab Seta sembari berjalan mendekati Fatkhur. “Ehh wajah lu ngapa Khur, kok kayak orang bingung gitu?, tanya Seta penuh tanda tanya terhadap raut wajah Fatkhur yang sedikit suram seraya duduk diserambi masjid. “Iya nih gua ada sedikit masalah tentang sesuatu”, ujar Fatkhur. “Ehhh...tiap hari ada aja masalah lu, emang masalahnya apa?”, tanyanya. “Allahhu akbar allahhu akbar...”. tiba-tiba terdengar suara iqomah yang menandakan sholat Mahgrib berjamaah akan segera dimulai. “Udah iqomah tu Ta, sholat dulu yuk..nanti gua ceritain” ujar Fatkhur sambil melangkahkan kaki ke dalam masjid. “Siap boskuh”, jawab Seta seraya mengikuti Fatkhur masuk ke dalam masjid. Mereka pun melaksanakan sholat berjamaah bersama dengan masyarakat sekitar.


Setelah 15 menit berlalu para jamaah mulai keluar dari dalam masjid, tanda sholat mahgrib dan ‘wiridannya’ telah selesai. Begitu juga Seta dan Fatkhur, setelah selesai sholat mereka keluar menuju serambi masjid. “Ehh kita duduk disini dulu,santai dulu aja”, ujar Seta kepada Fatkhur sambil membenarkan posisi duduknya. “Iya, kan emang seperti ini biasanya... sekalian denger lu maido khasanah hahahahaha”, ejek Fatkhur terhadap Seta sambil tertawa pelan. “Kampret lu Khur, kebiasaan lu suka ngatain gua...awas pahala lu nanti dikurangin lo”, jawab Seta dengan nada sedikit kesal seraya sedikit memperingatkan. “Ampun gus, hahahaha... “, ujar Fatkhur sambil merapikan sajadahnya. “Kan lu yang mulai duluan, tapi iya juga sihh....eh katanya lu mau cerita ke gua tentang masalah lu?”, sahut Seta seraya menanyakan permasalah yang akan diceritakan Fatkhur kepadanya tadi.


Iya deh gua ceritain....jadi gini Ta, gua kan sering tuh liat video-video dakwah yang ada di youtube. Banyak dari ustad-ustad yang cukup terkenal berceramah melalui media youtube tersebut. Tadi gua liat ceramah tentang kebaikan amal seseorang tergantung bagaimana kebaaikan dalam melaksanakan ibadah shalatnya. Pas ustadnya mengatakan seperti itu, gua teringat kemarin ada berita tentang seorang ustad di pondok pesantren A (tiiiit...sensor) melakukan pencabulan terhadap santrinya. Nah gua jadi bertanya-tanya nih Ta, kalau dilihat secara mata telanjang, ustad tersebut sholat terlihat sangat baik selalu berjamaah dan tertib pula.. terus ditambah dengan sholat sunnah dan juga menjadi panutan bagi santrinya. Sedangkan, perbuatan yang dilakukan seorang ustad tersebut merupakan salah satu perbuatan keji yang dilaknat oleh Allah. Lantas dengan data-data seperti itu, sebenarnya apakah sholat itu dapat menjauhkan perbuatan keji dan mungkar?”, ujar Fatkhur dengan ekpreksinya yang kebingungan dan bertanya-tanya.


Hmmmm...rumit juga sih Khur, kalau menurut pendapat dari beberapa literatur yang pernah gua baca. Dalil yang mengatakan bahwa sholat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar, merupakan sebuah hubungan timbal balik/korelasi antara orang yang melaksanakan sholat dengan perbuatannya diluar sholat. Maksudnya, apabila sholat yang dilakukan seseorang itu baik, maka perilakunya diluar sholat baik pula. Begitupun sebaliknya, apabila perilaku seseorang tersebut baik, maka sholatnya juga baik. Jadi, jangan hanya terfokus pada satu sudut pandang, apabila seorang ustad tersebut ibadah sholatnya itu baik, namun ia memiliki perilaku yang buruk..bisa jadi ada yang salah dengan sholatnya. Sahut Seta menanggapi pertanyaan Fatkhur yang ia  anggap rumit. “Ohh jadi seperti itu ya, tapi terkadang terdapat beberapa orang yang memiliki perilaku yang baik, namun sholatnya dapat dikatakan kurang baik....kalo seperti itu  gimana ta?”, ujar Fatkhur mempertanyakan argumen yang telah dijelaskan Seta. Sambil menggaruk kepala, “nahkan, tambah puyeng kepala gua”, sahut Seta merasa bingung akan hantaman pertanyaan-pertanyaan Fatkhur.


Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari dalam masjid menuju serambi dimana Seta dan Fatkhur berdada, “eh dek Seta sama dek Fatkhur belum pulang....denger-denger seru banget nih tadi diskusinya”, sapa pak Rivai dengan lemah lembut. “Hehe iya pak, maaf ya....mungkin suara kami tadi terlalu keras”, sahut Seta dengan sedikit merundukkan kepada karena merasa bersalah kepada pak Rivai. “Nggak apa-apa dek Seta, tadi diskusikan apa lo kok kayaknya seru banget?”, tanya pak Rivai penuh penasaran. “Jadi begini bapak, katanya sholat itu dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Sedangkan dalam realita sekarang terdapat beberapa orang yang ahli agama melakukan perbuatan-perbuatan keji, seperti seorang ustad yang mencabul santrinya. Kata Seta tadi, antara sholat dengan perbuatan seseorang tersebut memiliki hubungan timbal balik. Apabila sholatnya baik maka perbuatannya diluar sholat baik pula, dan begitupun sebaliknya. Yang masih saya bingungkan, terkadang ada orang yang perbuatannya baik namun sholatnya kurang baik. Nah, apakah benar dengan kita sholat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar?” tanya Fatkhur kepada pak Rivai dengan ragu-ragu.


Sambil mengangguk-anggukkan kepala mengisyaratkan faham terhadap pertanyaan Seta. “Betul banget tuh penjelasan dek Seta tadi. Namun perlu digaris bawahi, bahwasannya sholat merupakan sebuah tiang atau dasar kita dalam melakukan perbuatan/tingkah laku sehari-hari. Apabila dasar kita itu kokoh, maka perbuatan-perbuatan lainnya dipastikan dapat terkontrol dengan baik. Memang ada beberapa orang yang memiliki etika yang baik dalam bertingkah laku, namun dari segi sholatnya dapat dikatakan sangat kurang. Perlu dipahami, kita belum tau maksud dari tujuannya berbuat baik..entah semata-mata taqwa kepada Allah atau ada tujuan lain. Sebenarnya  sholat merupakan sebuah bukti penghambaan kita kepada sang Kholiq dan usaha kita mendekatkan diri kepada Allah serta mendapatkan ketenangan jiwa. Sehingga dalam melakukan suatu perbuatan ia akan selalu ingat serta meyakini bahwasannya dalam melakukan seluruh perbuatan hendaknya semata-mata tertuju pada Allah semata”, jawab pak Rivai terhadap pertanyaan yang dajukan oleh Fatkhur.


Ohh jadi bisa disimpulkan bahwa sholat merupakan sebuah dasar atau tiang kita dalam melakukan sebuah perbuatan ya Pak?”, sahut Fatkhur tertanda ia mulai faham. “Betul dek Fatkhur, ya memang terkadang kita sulit dalam mengetahui orang itu baik atau kurang dalam sholatnya. Namun, setidaknya kita dapat melihat bagaimana tingkah laku orang tersebut sebagai perwujudan dari baik ataupun kurangnya dalam sholat”, jawab pak Rivai. Mereka berdua mengangguk-anggukkan kepala tertanda faham akan jawaban dari pak Rivai. Tiba-tiba “dug dug dug” terdengar suara bedug yang ditabuh, menandakan waktu sholat Isya telah tiba. “Alhamdulillah sudah masuk waktu Isya, dek Seta silahkan adzan ya!” sahut pak Rivai seraya meminta tolong kepada Seta untuk mengumandangkan adzan. “Baik bapak”, jawab Seta dengan penuh semangat. Mereka pun mulai persiapan untuk melaksanakan sholat Isya berjamaah...........(bersambung)

 

Penulis          : Pena Santri

Editor             : Rangga


Komentar