Dari Amanah menjadi Berkah, Gus Nabil Harun seorang Santri juga Jurnalis

Gus Nabil Harun dalam sebuah forum pertemuan (foto: MCPNU/ semartara.com)

MCPNU Ponorogo-  Muchamad Nabil Haroen atau lebih familiar dipanggil gus Nabil, merupakan putra dari pasangan KH  Achmad Haroen Asrori dan Nyai Marchamah. Lahir di Temanggung 25 Juli 1984 (36 tahun), terlahir dari keluarga kiai, beliau mendapatkan panggilan khusus yang secara otomatis melekat sejak beliau keluar dari rahim ibunya yaitu "gus". Ketua Pimpinan Pusat pencak silat Pagar Nusa, Anggota DPR-RI Dapil, founder PT.NUSANTARA UTAMA GRUP merupakan sebagian kecil prestasi yang beliau capai. Namun jangan salah, ada perjuangan dan cerita menarik yang mengantar Gus Nabil sampai ke titik tersebut.

 

Jika ditarik jauh ke belakang, ternyata beliau memiliki riwayat pernah menjadi seorang jurnalis, lebih tepatnya jurnalis di pondok pesantren Lirboyo. Cerita dimulai pada tahun 2004 ketika gus Nabil mendapatkan amanah dari gurunya yakni KH Imam Yahya Mahrus untuk mengaktifkan kembali majalah Misykat (Majalah Informasi Santri dan Masyarakat), majalah resmi milik PP Lirboyo pada masa itu. Tidak main-main, posisi yang beliau tempati adalah Pimpinan Redaksi (pimred) majalah milik PP Lirboyo yang berdiri sejak tahun 1986.

 

Sudah terbayang bagaimana kesulitan-kesulitan yang akan beliau hadapi ketika menjadi Pimred majalah, dimana kita ketahui bersama bahwa PP Lirboyo merupakan pesantren yang berlatar belakang salafiah tradisional. Yang paling mencolok adalah keterbatasan modal finansial yang dimiliki. Santri alumnus Pondok Lirboyo Tahun 2008 ini menjelaskan ketika menghidupkan kembali majalah Misykat tahun 2004 adalah momentum yang luar biasa dengan perjuangan berdarah-berdarah. Pondok Pesantren Lirboyo tidak memodali apa pun, kecuali  satu kresek rambutan dan steples warna merah.

 

Selama menjadi jurnalis di majalah Misykat ini, Gus Nabil berjuang bersama kiai-kiai sepuh hingga gus-gus muda Pondok Lirboyo. Di jajaran kiai dimotori oleh KH Imam Yahya Mahrus secara langsung dan yang muda dinakhodai gus Adibbussholeh Anwar yang kemudian diteruskan oleh gus Abdul Muid Shohib. Dari tim redaksi ini berswadaya dengan iuran untuk bisa mencetak majalah Misykat hingga beberapa edisi. Perjuangannya menuai hasil tatkala majalah Misykat berhasil terjual dua puluh ribu oplah bahkan pemasarannya sampai ke luar negeri.

 

Saat masih muda, gus Harun memiliki ciri khas tersendiri di mata jurnalis-jurnalis lain sebagai seorang jurnalis yang nekat. Salah satu wujud dari kenekatannya yaitu ketika beliau dengan percaya diri meliput pertandingan sepak bola tim lokal yaitu Persik Kediri, ketika para teman jurnalis lain mengambil gambar dengan kamera yang super canggih, gus Nabil dengan santainya mengambil gambar menggunakan kamera poket yang tentunya memiliki kualitas di bawah kamera milik jurnalis lain. Namun berkat kenekatan dan skillnya, beliau berhasil mengambil gambar di momentum yang epic, dan hasil dari jepretan beliau sering dibeli oleh perusahaan produk minuman yang mensponsori Persik. 

 

Prestasi Gus Nabil yang lain diantaranya meliputi, menjadi redaktur NU Online 2010-2015, Pimred majalah Miskyat 2005-2009 dan yang paling berkesan adalah ikut andil terhadap berdirinya PCINU di Hongkong dan Taiwan. Di dunia jurnalis sendiri beliau memiliki keahlian di beberapa posisi mulai dari, reporter, editor, penulis, layout serta pemasarannya.  

 

Penulis : Iput

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/129792/cerita-gus-nabil-haroen-jadi-jurnalis-sejak-nyantri-di-lirboyo 

 


Komentar