Semenjak akhir tahun 2019 dunia di hebohkan dengan pandemi Covid-19, secara teori pandemi ini menjadi problem medis di berbagai negara termasuk di Indonesia ,akan tetapi implikasi dari pandemi ini sangat kompleks. Banyak badan Riset menerangkan bahwa pandemi ini berdampak di berbagai sektor secara signifikan, baik kesehatan, ekonomi ,politik ,dan bahkan pendidikan yang harus berpacu untuk menciptakan sistem baru guna beradaptasi pada situasi krisis ini.
Berdasarkan Riset Nielsen yang bertajuk “ Race Against the Virus, Indonesian Consumer Response toward Covid-19 ” mengungkapkan bahwa sebsanyak 50% Masyarakat Indonesia mengurangi aktivtas di luar rumah, dan berpindah melalui fasilitas-fasilitas yang berbasis Online, termasuk dalam sektor pendidikan yang kemudian harus mengalami transisi kurikulum pembelajaran berbasis online. Dalam konteks pembelajaran, sistem Daring ini menjadi solusi akan tetapi tidak dalam menjamin keseimbangan psikologi siswa dan pendekatan secara emosional yang kemudian menetukan budaya pendidikan di Indonesia.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa birokrasi pemerintah tak luput nya Kementrian dan Dinas Pendidikan harus berkonsentrasi juga terhadap pemulihan psikologi siswa dalam upaya tersebut banyak lokus masyarakat sepertihal nya IPNU & IPPNU yang menawarkan potensi lahan garap nya yang intens di bidang pendidikan sebagai mitra dalam merivitalisasi budaya pendidikan di Indonesia.
Di dalam Fase ini faktor Human Capital menjadi elemen yang krusial dalam keberlanjutan seluruh lini kehidupan. Pandemi juga memberi para pemimpin kesempatan untuk merancang masa depan kerja, mengambil tindakan cepat untuk melindungi kesehatan dan keselamatan semua orang, mengadakan berbagai layanan yang mungkin sebelumnya belum ada, hingga menerapkan strategi untuk mendukung pekerjaan-pekerjaan sosial di masa-masa penuh tantangan ini.
Pasca pembatasan disemua sektor, misal: pendidikan dipaksa menggunakan sistem hybrid, sektor ekonomi harus menahan beratnya resesi, karena lumpuhnya perdagangan, pandemi menuntut adanya adaptasi yang sistematis dari berbagai sektor baik pemerintah, maupun organisasi sosial seperti IPNU & IPPNU, harus mendorong dan menawarkan kesempatan bagi khalayak untuk terus tumbuh dan beradaptasi berdasarkan potensi mereka, bukan hanya pada keterampilan atau sertifikasi yang ada. Bahkan menggandakan komitmen untuk membangun tenaga kerja tangguh, yang dapat beradaptasi dalam menghadapi perubahan yang konstan.
Issue pemulihan ekonomi ini menjadi center pembicaraan yang masif mulai dari institusi sampai lapisan masyarakat, hal tersebut harus di dorong dengan sistem yang masif supaya terjadi perubahan secara kolektif, baik itu menyediakan ruang diskusi sebagai support untuk membaca peluang ekonomi skala mikro. Di tahun 2017 adalah tahun dimana tren perpindahan dari hardware menjadi software dimana manusia mau tidak mau dan dipaksa untuk melakakukan hampir seluruh kegiatannya dilakukan secara digital.
Kemajuan teknologi dan masyarakat informasi tidak bisa dihindarkan, yang mana semua bentuk komunikasi dan interaksi, baik dari sosial maupun bisnis, sudah berdasar teknologi. Kondisi ini membangun ekosistem yang sifatnya digital atau digital ecosystem (DE) yang secara langsung atau tidak langsung sudah memngaruhi pola kehidupan interaksi antarmanusia. DE ialah bentuk interaksi sosial melalui infrastruktur, seperti software, hardware dan devices. Seseorang bisa berbagi informasi secara cepat dan melahirkan virtual community sebagai bentuk komunitas sosial yang muncul di dunia cyber. Kemudahan akses informasi melalui berbagai media, web, e-mail, news group, dan lainnya membawa perubahan yang cepat juga dalam kehudapan antarmanusia.
Manusia tetap sebagai kunci dalam ekosistem digital sehingga teknologi memberikan manfaat besar bagi jaringan sosial dan lingkungan virtual yang terbentuk Konsep DE yang relatif baru dan sangat multidisipliner harus dilihat dari berbagai sudut pandang atau perspektif secara umum, Wenbi LI mengatakan DE ialah komponen digital. Komponen digital merupakan ide yang di diekspresiakan melalui bahasa, didigitalisasikan dan dikirimkan dalam suatu ekosistem yang bisa di proses manusia atau komputer.
Dengan adanya DE membuat institusi lebih cepat mengadopsi teknologi, terbangunnya lingkungan yang terintegrasi memudahkan institusi mengelola sistem operasionalnya dan tentunya mengurangi biaya operasional. Reskilling dan upskilling menjadi strating point dalam pemulihan kondisi saat ini, dan potensial terbesar adalah para generasi muda dalam hal ini IPNU & IPPNU yang kemudian mampu memainkan peran media digital sebagai support yang menjembatani seluruh instrumen guna mendobrak jendela baru dalam pembaharuan budaya digital. Diharapkan menjadi tonggak utama perubahan, dengan melakukan sebuah gerakan kolektif dan meningkatkan trend positif pemulihan pasca pandemi, serta berkontribusi besar dimasingmasing lini sesuai peluang dan kapasitas yang dimiliki.
0 Komentar