COVID-19 menjadi ancaman kehidupan manusia, selain berdampak pada kesehatan, juga berdampak pada seluruh sektor aktivitas sosial manusia, hal ini menjadikan kondisi crisis interdimensi. Terlebih Organisasi sosial seperti IPNU- IPPNU perlu mengkaji bagaimana organisasi tetap terjaga.
Manusia dibekali tuhan akal untuk melaksanakan kewajiban sebagai khalifah dimuka bumi. Maka menjadi mungkin perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan adanya perkembangan dan perbaikan tata kelola kehidupan, serta dimanfaatkan sebagai piranti pendudukung aktifitas kehidupan sehari-hari.
Belajar dan bertumbuh menjadi mesin penggerak dalam menerima kenyataan, Organisasi belajar menghadapi tekanan pada aktivitasnya, sedang tantangan internal maupun eksternal terus berlanjut meski usaha terbatasi. Namun kebutuhan untuk mengembangkan pola kerja organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan harus tetap dilakukan. Penelitian tentang reskilling menunjukkan bahwa para pimpinan organisasi profit dan non-profit perlu memikirkan efek transisi sumber daya yang cukup besar untuk membantu mengurangi kesenjangan talent sehingga sumber daya manusia dapat tetap terhubung dengan tupoksinya.
Frasa "pengetahuan adalah kekuatan" semakin terbukti dikala pandemi, dikala individu haus akan informasi tentang perawatan, vaksin, obat, langkah kemanan, kiat sehat, bisnis, belajar dll. Hal ini menjadi sinyal kuat untuk organisasi memanfaatkan teknologi untuk membangun budaya berbagi pengetahuan yang ditindaklanjuti untuk memperkuat konektivitas dan memberi ketahanan organisasi untuk bertahan bahkan berkembang.
Ini merupakan salah satu langkah beradaptasi mendorong dan menawarkan kesempatan bagi pelaku organisasi untuk terus tumbuh dan beradaptasi berdasarkan potensi mereka, bukan hanya pada keterampilan atau sertifikasi yang ada. Bahkan menggandakan komitmen untuk membangun sumber daya manusia tangguh, yang dapat beradaptasi dalam menghadapi perubahan yang konstan.
Perubahan yang begitu cepat harus diimbangi dengan berbagai pembaharuan-pembaharuan di berbagai aspek. Aspek yang paling urgent di era society 5.0 adalah bagaimana pemanfaatkan internet dan digitalisasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari seluruh aktifitas manusia. Seluruh lini kehidupan saat ini harus mampu memanfaatkan teknologi, mulai dari pendidikan, kesehatan, bisnis, kerja-kerja sosial, kaderisasi dan lain sebagainya. Terlebih pada masa pandemi saat ini, faktor human capital menjadi elemen yang krusial IPNU IPPNU dalam keberlanjutan organisasi, ini bagian penting dalam penataan ulang praktik personel, membangun ketahanan organisasi menjaga stabilitas dan progresifitas dalam waktu yang singkat.
COVID-19 telah memperkuat keyakinan bahwa manusia tidak terpisah dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi merupakan bagian integral dari perubahan tersebut. Namun Ketika berusaha menyesuaikan cara kerja SDM dalam menanggapi krisis, salah satu hambatan terbesar adalah kesulitan membangun model untuk diintegrasikan antara manusia dengan teknologi untuk menciptakan kebiasaan baru dan praktik manajemen agar orang dapat beradaptasi, berperilaku, dan bekerja bersama teknologi dengan mengedepankan tingkat keamanan fisik, mental dan finansial.
Konferensi cabang IPNU KE XXIX dan IPPNU ke XXVIII yang bertajuk resiliensi organisasi merupakan bentuk adabtifitas organisasi terhadap kondisi. Resiliensi sendiri adalah kemampuan penyesuaian diri yang tinggi dan luwes saat dihadapkan pada tekanan baik internal maupun eksternal. Resiliensi juga berarti sebuah proses dari hasil adaptasi dengan pengalaman hidup yang sulit atau menantang terutama melalui mental, emosional, dan prilaku yang fleksibilitas. Kesehatan mental yang baik menjadikan manusia fokus pada titik masalah bukan larut pada pemikiran negatif.
Lebih lanjut, individu yang relisien memiliki karakteristik yang secara psikologis lebih sehat, seperti optimistik, dinamis, bersikap antusias terhadap berbagai hal yang ditemuinya dalam hidup, terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, dan memiliki emosional yang positif, hal ini mengubah pandangan terhadap suatu hal yang sulit, menenkan, tidak menyenangkan menjadi mudah, wajar, menyenangkan atau menantang.
Krisis ini telah menghadirkan peluang unik bagi organisasi untuk dapat memainkan peran manusia dan teknologi secara bersamaan, namun nilai-nilai luhur kebudayaan, prinsip dasar organisasi, nilai keagamaan, aqidah, nilai moralitas, etika-estetika, point penting yang tidak boleh terkikis adanya perubahan.
Dengan Demikian, kegiatan Konferensi Cabang (Konfercab) tahun 2021 IPNU ke XXIX dan IPPNU ke XXVIII kabupaten Ponorogo mengusung tema "relisiensi wujudkan akselerasi organisasi". hal ini dilakukan sebagai bentuk upaya membangkitkan kembali semangat keterpelajaran, dan menata ulang desain gerakan IPNU IPPNU seiring dengan perkembangan IPTEK yang dilandaskan pada pemahaman keagamaan yang kuat.
0 Komentar