Pelajar NU; Generasi Indonesia Emas 2045


Bismillahirrahmaanirrahiimi

Pelajar NU; Generasi Indonesia Emas 2045
Kang Pand

 
Yang pernah ada, untuk diketahui, untuk dipahami

Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (Putra dan Putri) diketahui sebagai bagian integral dari potensi generasi muda Indonesia. Dalam posisi sebagai bagian tak terpisahkan inilah IPNU dan IPPNU harus mampu menjawab tantangan zaman, yang semakin kompetitif. Upaya menjawab tantangan zaman jelas harus dilakukan oleh IPNU dan IPPNU, karena pada masa yang akan datang keberlanjutan bangsa Indonesia menjadi tanggungjawab generasi saat ini.

Secara historis, perjalanan IPNU dan IPPNU sebagai organisasi pelajar telah berhadapan dengan berbagai permasalahan dan tantangan zaman dalam berbagai bidang. Keringat perjuangan yang tidak mudah mengucur deras mengiringi semangat para pendiri dan penggerak organisasi ini. Eksistensi IPNU dan IPPNU merupakan bukti bahwa IPNU dan IPPNU mampu menjawab berbagai problematika tersebut, dan bahkan berperan aktif melibatkan organisasi dalam pembangunan nasional. Sehingga, kita sebagai generasi saat ini masih dapat berproses dalam organisasi ini.
Sebagai generasi penerus - secara organisasi - sudah seharusnya kita mampu mengambil ibrah dari para pendiri dan penggerak organisasi serta generasi setelahnya. Kemuliaan cita-cita oleh para pendiri selalu diupayakan agar terwujud dengan baik. Terutama, adalah cita-cita dalam mewujudkan generasi bangsa yang memiliki integritas dan mampu melanjutkan kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara.
Dalam sejarahnya telah mampu melahirkan tokoh-tokoh penting dalam berbagai bidang kehidupan. Di Ponorogo, kiranya dapat kita ambil contoh sebagai bentuk motivasi, bahwa keberperanan IPNU dan IPPNU dalam menyiapkan generasi penerus bangsa Indonesia ini sangat diperhitungkan. Drs. H. Ibnu Multazam Anggota DPR-RI, Drs. H. Fatchul Aziz, MA pernah menjadi Ketua KPU Ponorogo dan sekarang menjadi Ketua PCNU Ponorogo, mantan Bupati Ponorogo H. Amin. Ketokohan beliau sebagian saja kader-kader NU yang telah terlibat dalam kancah kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara. Sering kita jumpai alumni IPNU dan IPPNU yang menjadi akademisi, jurnalis, politisi, pengusaha, tokoh agama, praktisi pendidikan, dan lain-lain.
Dengan melihat realitas yang ada, organisasi pelajar ini bak rumah produksi yang sangat beragam dan berkualitas. Dalam hal ini, harus disadari bahwa IPNU dan IPPNU medan untuk penempaan diri, mengasah diri, dan mengaktualisasikan diri dalam mencetak kader-kader pemimpin Indonesia di masa yang akan datang. Yang mana hal ini, tetap terjaga hingga saat ini.
Menelusuri jejak langkah keberadaan IPNU dan IPPNU merupakan upaya yang harus dilakukan. Ikhtiar ini sebagai bentuk pencarian jati diri yang perlu di kontekstualisasikan dengan perkembangan zaman yang terus berkembang. Oleh siapa, untuk apa, kenapa, dan bagaimana organisasi ini didirikan, merupakan jihad intelektual para pelajar NU dari berbagai daerah yang harus selalu terpatri dibenak kader-kader IPNU. Karena, berangkat dari kesadaran inilah, secara lebih mudah militansi seorang kader bisa terbentuk. (buku pedoman kaderisasi IPNU; hal 16, th. 2018)
Perjalanan IPNU dan IPPNU yang sudah mencapai setengah abad lebih, merupakan prestasi tersendiri yang harus selalu disyukuri dan diapresiasi. Capaian tersebut, tak lain karena didukung oleh komitmen bersama seluruh elemen pelajar dari kalangan NU di Indonesia yang masih menganggap bahwa organisasi ini merupakan kebutuhan mendasar yang wajib untuk dipertahankan ekstistensinya. (buku pedoman kaderisasi IPNU; hal 22, th. 2018)

Arah Cita-Cita IPNU dan IPPNU
Sering didengungkan ditelinga kita dalam setiap forum resmi organisasi, maupun sebatas untuk posting story pada media sosial, yaitu petikan pidato KH. Muhammad Tholchah Mansoer yang berbunyi; “Cita-cita daipada Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama ialah membentuk manusia yang berilmu, tetapi bukan manusia calon kasta elite dalam masyarakat. Tidak!. Kita menginginkan masyarakat yang berilmu. Tetapi yang dekat dengan masyarakat” begitu bait indah yang jika itu belati ia sudah menusuk pangkal jantung kita sebagai kader untuk menyiapkan diri.
Sebuah ketegasan atas jati diri kader, oleh Pendiri dan Ketua Umum IPNU pertama (baca; KH. Tholchah Mansoer) yaitu; ketegasan intelektualitas, dan ketegasan responsibilitas. Dua hal tersebut menjadi orientasi pengkaderan atas keberhasilan mencapai dua kompetensi sebagai kader IPNU dan atau IPPNU.
Dua arus utama, - Rekan Mufarrihul Hazin dan Rekan Wahyudi Eka menyebutnya dalam buku Pedoman Kaderisasi tahun 2018 – jika diimplementasikan melalui program-program nyata, terukur dengan monitoring dan evaluasi yang baik dan benar. Pasti!. Akan melanggengkan posisi IPNU dan IPPNU sebagai organisasi pembelajar (lerarning organization) yang diarahkan pada cita-cita untuk membentuk tatanan masyarakat pembelajar (learning society).
Perlu disadari bahwa tantangan setiap generasi tentu berbeda dari waktu ke waktu. Dengan begitu pola berorganisasi dalam IPNU dan IPPNU harus mempu menyesuaikan konteks kekinian untuk menjaga kelestariannya. Kelestarian IPNU dan IPPNU menjadi salah satu jaminan untuk kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara tetap berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Untuk itu, perlu inovasi dan kreasi para pengurus untuk menyesuaikan program dengan kebutuhan atas situasi dan kondisi. Mengembangkan pola program yang mengarah pada rutinitas menjadi program yang berorientasi pada produktivitas organisasi. Tanpa inovasi dan kreasi, kita akan termakan oleh zaman (baca; kalah). IPNU dan IPPNU harus meneguhkan sebaliknya, bahwa kita yang akan menjadi pemain pada setiap zaman (baca; menang).
Selain itu dalam upaya mewujudkan arah menuju cita-cita organisasi harus ada integrasi. Integrasi – di IPNU dan IPPNU – sebagai sebuah proses untuk melakukan penyesuaian unsur-unsur dalam organisasi sehingga menghasilkan pola organisasi (baca; program) yang memiliki keserasian. Dengan adanya keserasian program maka arah dan cita-cita organisasi dapat terukur dengan baik.

Menyiapkan Generasi Emas; IPNU Bagian Inventasi Masa Depan Indonesia
Generasi saat ini merupakan investasi Sumber Daya Manusia di masa yang akan datang. Prediksi bonus demografi, dikatakan diatas harus diiringi dengan penyiapan sumber daya manusia. Dengan tersedianya SDM tersebut maka, prediksi untuk mendapatkan dampak positif bonus demografi tentu benar bisa dicapai.
Pelajar NU, sebagai organisasi yang telah ditegaskan diatas adalah bagian tak terpisahkan dari potensi generasi muda tentu menginginkan keberhasilan menghadapi bonus demografi dengan mencetak kader-kader yang berkualitas. Investasi sumber daya manusia sangat berimplikasi terhadap IPNU dan IPPNU sebagai organisasi pembelajar. Artinya ada skema besar yang dilakukan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kecakapan dalam berbagai bidang.
Jika demikian, pelajar NU merupakan “Generasi Emas Indonesia” yang akan mengisi regenerasi kepemimpinan beragama, berbangsa, dan bernegara. Penyebutan generasi emas sebagai bentuk motivasi diri bahwa generasi saat ini adalah jaminan kejayaan Indonesia di masa yang akan datang.
Mengutip arti Generasi Emas yang dituliskan oleh Triyono, bahwa Menurut Kopeuw (2015) ada dua pengertian tentang Generasi Emas. Pertama, generasi emas berkaitan dengan bagaimana keadaan generasi Indonesia ketika berusia 100 tahun merdeka, dan yang kedua adalah generasi emas dalam penjabaran kata “EMAS”. Sebagai bangsa yang besar dengan modalitas yang sangat luar biasa; baik sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya kultural, maupun sumberdaya lainnya; sudah saatnya dikelola dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk sebesarbesarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan bangsa, sehingga pemerintah bertekad memberikan perhatian yang besar terhadap pembangunan pendidikan. Hanya melalui pendidikan, bangsa Indonesia menjadi maju dan dapat mengejar ketertinggalan dari bangsa lain; baik dalam bidang sains, teknologi, maupun ekonomi. Pendidikan juga dimaknai sebagai suatu proses di mana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan di masa depan melalui pembentukan dan pendewasaan pengembangan kepribadian agar menjadi insan Indonesia yang berkarakter yakni insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sabar, mampu mengendalikan diri, disiplin, kerja keras, ulet, bertanggung jawab, jujur, membela kebenaran dan kepatutan, sopan dan santun, taat terhadap peraturan, demokratis, sikap kebersamaan, musyawarah, gotong royong, toleran, tertib, damai, anti kekerasan, hemat, dan konsisten, cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual.
Investasi sumberdaya manusia berbeda dengan investasi sektor fisik karena pada sektor fisik, rentang waktu antara investasi dengan tingkat balikan dapat terukur dalam jangka pendek. Investasi pendidikan lebih berjangka panjang, tingkat balikan tidak bisa dinikmati dalam ukuran waktu 1-2 tahun; melainkan belasan atau puluhan tahun.Karena sifatnya berjangka panjang, maka investasi pendidikan memiliki tentang waktu yang panjang pula. Pendidikan bermutu akan dapat diwujudkan apabila upaya pendidikan dapat membantu individu sebagai generasi emas yang sedang tumbuh dan berkembang secara dinamis dan aktif dalam pembentukan diri menjadi insan Indonesia yang berkarakter, cerdas dan kompetitif, serta produktif.
Bagian kedua adalah pengertian generasi emas dalam arti penjabaran kata “EMAS” yaitu Energik, Multitalenta, Aktif, dan Spiritual. Dengan demikian membangun generasi Emas Indonesia 2045 adalah sebuah produk generasi baru yang Energik, Multritalenta, Aktif, dan Spiritual; yakni generasi yang cerdas, siap bersaing di era modern, globalisasi dan penuh kompetitif.
Dari pemaparan Triyono tersebut, dapat dikatakan sebagai penegasan atas generasi saat ini untuk energik, multitalenta, aktif, dan memiliki nilai-nilai spritualitas tinggi. Pelajar NU sedianya menempatkan makna atas Generasi Emas menjadi sebuah jati diri untuk siap melanjutkan pembangunan bangsa Indonesia menjadi lebih baik.

Pelajar NU Menyongsong Indonesia Emas 2045
Kesadaran atas diri sebagai anggota, dan atau kader IPNU dan IPPNU adalah modal utama untuk menggerakkan organisasi ke arah yang lebih baik lagi. Kesadaran dalam perwujudannya juga sebagai iklim yang mengharuskan untuk membangun rasa memiliki terhadap organisasi, rasa ingin tahu untuk mengembangkan wawasan.
Bahwa waktu akan berlalu. Zaman akan berjalan. Dengan segala perkembangannya. Tugas kita menjawab tantangan-tantangan tersebut dengan segala kesiapan potensi. Lalai akan tugas kita sebagai pengkader maka eksistensi organisasi terancam keberlanjutannya, pola-pola monoton akan menggaungkan raungan zaman dan menakuti kita.
Kita pilih yang mana?
Menjadi pemain untuk zaman? Atau menjadi penonton untuk zaman? Semua akan menemui konsekuensi atas keputusan yang kita ambil.
Pelajar NU dalam mencanangkan program harus memiliki orientasi pada cita-cita organisasi sebagai tujuan utama. Sedang dalam praktik lapangan dengan menyesuaikan kebutuhan atas situasi dan kondisi yang berkembang. Sehingga program benar-benar terukur dan tepat sasaran. Kesalahan mendasar pada perumusan dan pelaksanaan program terletak pada tidak adanya sinergi dan integrasi. Hal ini masih menjadi momok berIPNU, dan berIPPNU. Apakah kita ingin seperti ini? Tentu Tidak!.
Visi Indonesia Emas 2045 yang telah diperdengarkan kepada kita adalah sebuah cita-cita bangsa Indonesia agar pada masa 100 Indonesia kejayaan bangsa Indonesia dapat ditemui. Tentu kita harus mengambil peran dalam posisi kita (baca; generasi muda) dengan melakukan sinergi program IPNU dan IPPNU terhadap visi besar Indonesia Emas 2045.

Salam Pelajar!
Semangat Pelajar!
"Belajar - Berjuang - Bertaqwa"


Wallahul Muwafiq Ila Aqwamith Thariiq



Referensi:
1.    Buku Pedoman Kaderisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama tahun 2018, oleh Mufarrihul Hazin, dan Eka Wahyudi
2.    Triyono, Menyiapkan Generasi Emas 2045, Seminar Nasional ALFA-VI, Unwidha Klaten, 5 Oktober 2016

Komentar