Akun sosial media milik PC IPNU-IPPNU Ponorogo (foto: MCPNU/Intan) |
MCPNU
Ponorogo- Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri
Nahdlatul Ulama (IPPNU) merupakan salah satu organisasi kepemudaan yang
beranggotakan para pelajar, santri, dan mahasiswa. IPNU didirikan pada 24 Februari
1954 oleh KH. Tolhah Mansur sedangkan IPPNU secara resmi lahir pada 02 Maret
1955 yang dipelopori oleh sosok perempuan luar biasa yakni Hj. Umroh Mahfudhoh.
IPNU-IPPNU saat ini dirasa menjadi salah satu organisasi yang cukup tepat untuk
diikuti oleh seluruh pelajar terutama di Kabupaten Ponorogo.
Melihat
data jumlah pelajar di Kabupaten Ponorogo yang telah mencapai sekitar 20.000
pelajar dan terdiri dari tingkatan SMA/SMK/MA. Hal itu menunjukkan bahwa
sebenarnya IPNU-IPPNU memiliki potensi jumlah anggota yang cukup besar. Jika
faktanya masih ada yang belum bergabung dengan IPNU-IPPNU, minimal sudah
menjadi follower di akun media sosial IPNU-IPPNU.
Sebagai
salah satu organisasi yang bersifat keterpelajaran, maka sudah barang wajib IPNU-IPPNU
mulai menunjukkan eksistensinya di dunia digital seperti saat ini. IPNU-IPPNU memiliki
suatu kewajiban tersendiri yakni bagaimana mampu peka terhadap perkembangan
zaman terutama dalam lintasan media sosial, sehingga IPNU-IPPNU bisa tanggap
dengan hadirnya peringai lini masa seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan tetek
bengek (bermacam-macam) medsos lainnya.
Seiring
perkembangan zaman, organisasi pelajar ini juga harus membuka diri untuk
mengisi media sosial yang notabene akan jauh lebih dekat dengan kehidupan para
pelajar. Jika melihat kebutuhan pelajar detik ini—terutama masih dalam suasana
pandemi—maka tidak lain dan tidak bukan
hanya hiburan berbasis online saja yang sedang dibutuhkan, seperti berjelajah
di dunia Instagram hingga Tiktok. Para
pelajar tidak lagi ditemui asyik belajar kelompok, karena hanya dengan satu
kali pencet saja jawaban yang dibutuhkan sudah tersedia. Itulah mengapa IPNU-IPPNU
perlu mengisi media dengan hal-hal yang sejalan dengan roda pendidikan.
Tidak
hanya itu, jika menilik pergulatan ideologi para pelajar saat ini yang dinilai
lebih suka yang agamis dan religius, maka IPNU-IPPNU memiliki peran cukup besar
di dalamnya. Hal itu karena pelajar membutuhkan kiblat pemahaman yang benar dan
sejalan dengan fikroh Nahdlatul Ulama. Bahkan, IPNU-IPPNU harus berani mengambil peran
sebagai pelaku garda terdepan dalam menyebarkan ajaran yang berhaluan Ahlussunah
wal Jama’ah An-Nahdliyah.
Meminjam
salah satu istilah yang dicetuskan oleh Malkan Junaidi (baca dalam buku
Dinamika Pemikiran Intelektual Muda NU, 2016), yakni IPNU-IPPNU dirasa perlu
mendalami “tarekat internetiyah”. Salah satu upaya yang bisa dilakukan
oleh IPNU-IPPNU untuk berhadapan langsung dengan ‘sesepuh’ pusat informasi; mbah Google. Sebab saat ini metode dakwah yang
paling efektif adalah melalui media online. Jika dicermati—terutama para
pelajar—akan jauh lebih suka mencari informasi apapun melalui cuitan Twitter
atau bahkan postingan di Instagram. Maka dengan begitu IPNU-IPPNU akan memiliki
peran strategis dalam menyebarluaskan potensi organisasi yang dimiliki, seperti
kader berprestasi, kegiatan resmi, hingga pada event tertentu yang bisa
dijadikan magnet agar pelajar lebih tertarik untuk bergabung dengan IPNU-IPPNU.
IPNU-IPPNU
dengan paham Ahlussunah wal Jama’ah memiliki banyak sekali peluang untuk
bisa eksis di dunia digital, seperti menghidupkan media sosial. Misalnya
Instagram dan You Tube untuk
diisi dengan konten dakwah atau juga bisa mengoptimalkan gerak organisasi dalam
bidang intelektual.
Penting
untuk dicermati, bahwa IPNU-IPPNU harus memiliki media informasi online yang
bergerak secara masif dalam merespon isu-isu yang sedang hangat diperbincangkan.
IPNU-IPPNU perlu memiliki portal-portal yang bernafaskan ke-Islam-an seperti
Media Centre Pelajar NU Ponorogo sebagai jangkar untuk menghadapi media sosial
yang menjamur seperti sekarang ini. Jika demikian, maka perlu adanya sinergitas
yang besar dari IPNU-IPPNU di seluruh pimpinan agar tetap berontribusi dalam
mengembangkan media sosial yang ada agar "tarekat internetiyah" bisa
terwujud.
Semoga.***
Redaksi: Intan Gandhini
0 Komentar