 |
| Seluruh jama'ah dan keluarga besar PAC IPNU-IPPNU Jetis (foto: MCPNU/Salma) |
MCPNU Ponorogo, Jetis- Dalam rangka harlah IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) ke-68 dan IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama) ke-67, PAC Jetis mengadakan serangkaian agenda untuk merayakan harlah ikatan mereka. Dalam jadwal serangkaian agenda yang telah disusun, acara yang pertama adalah ziaroh makam tokoh di kecamatan Jetis pada Jumat (25/2/2022) sore.
Ziaroh makam dimulai pukul 15.00 WIB, diawali dengan berziaroh di makam mbah Ishaq (Coper), dilanjut dengan menuju kawasan pemakaman Tegalsari untuk berziaroh ke makam Kyai Ageng Muhammad Besari dan beberapa makam lainnya. Meski sempat turun hujan, para peserta tetap melanjutkan agenda mereka berziaroh makam hingga tuntas.
"Ketika hujan turun deras, kami (rombongan PAC IPNU-IPPNU Jetis) berteduh sejenak di Masjid Agung Tegalsari. Lalu setelah hujan sudah mereda, kami melanjutkan agenda ziaroh makam hingga makam terakhir yang telah kami rencanakan bersama. Ini merupakan bentuk semangat rekan dan rekanita semua dalam memperingati momentum Harlah tahun ini dan semoga kami semua mendapatkan keberkahan dari kegiatan yang dilaksanakan ini", tutur Ayub Muchtar, ketua PAC IPNU Jetis.
Kemudian kegiatan dilanjutkan pada Kamis (3/3/2022) malam, PAC Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdatul Ulama mengadakan acara pembacaan Maulid Al- Barjanji bertempat di desa Karanggebang, lebih tepatnya kediaman Anisa. Selain dihadiri oleh keluarga besar IPNU-IPPNU kecamatan Jetis, Gerakan Pemuda (GP) Anshor kecamatan Jetis juga turut meramaikan acara tersebut. Acara dimulai mulai pukul 20.15 WIB dengan urutan acara pembukaan dilanjut dengan pembacaan Maulid Al- barjanji, lalu ditutup dengan doa khotmil Quran.
"Sebelum acara pembacaan Maulid Al-Barzanji dimulai, 5 hari sebelumnya kami mengadakan khataman Al-Quran secara online, oleh sebab itu di ujung acara terdapat pembacaan doa khotmil Quran", ucap Indah Puji Lestari, ketua PAC IPPNU Jetis.
“Semoga dengan peringatan harlah tahun ini, bisa menjadi wasilah tumbuh dan bertambahnya rasa cinta kita kepada ikatan ini. Dalam ikatan ini kita semua sama-sama belajar, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa, itulah yang dinamakan proses”, pungkas Ayub Muchtar.
Redaksi: Salma Anandha
Editor: Iput
Komentar