Antara Cinta dan Masa Depan, Ini Kata Gus Kafa

Ket foto: Gus Ahmad Kafabihi dan Ning Sheila Hasina (source on @ahmadkafa)

Cinta dan kebahagiaan, merupakan dua hal yang sering menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan pemuda. Para pemuda tentunya diharuskan untuk menata masa depan sejak remaja. Namun, dalam perjalanannya itu, mereka sering disibukkan dengan masalah yang berkaitan dengan percintaan. Lalu, bagaimana cara agar dapat menata masa depan yang cemerlang jika disibukkan dengan masalah cinta?

Hal inilah yang disampaikan oleh Ahmad Kafabihi Mahrus dalam kegiatan Tarbiyah Mengaji di Institut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin (IAIRM) Ngabar, Ponorogo. Ngaji Tarbiyah tersebut diselenggarakan pada hari Minggu, 19 Mei 2024.

Menurut Gus Ahmad, panggilan akrabnya, salah satu usaha untuk mempersiapkan masa depan adalah melalui pendidikan. Ia mengatakan, jika dalam proses belajar, haruslah dilakukan dengan rajin dan sungguh-sungguh. “Siapa saja yang ketika proses thalabul ‘ilmi, kemudian ia disibukkan dengan perkara-perkara yang tidak penting, misalnya pacaran. Niscaya dia tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal,” ungkap Gus Ahmad.

Menurutnya, kesuksesan hanya bisa diraih dengan adanya usaha yang sungguh-sungguh. Tanpa adanya kesungguhan, maka kesuksesan hanyalah mengendap di angan-angan semata. “Jangan berharap bisa sukses, tanpa adanya proses. Sebab hasil yang diperoleh, bergantung pada usaha yang dilakukan,” ujarnya.

Di sisi lain, kehidupan pemuda tentunya tidak akan lepas dengan yang namanya percintaan. Sebab, di masa muda inilah, seorang manusia mulai memahami dan merasakan namanya benih-benih cinta yang bergejolak di dada. Kebanyakan, cinta akan tumbuh diawali dengan hal-hal yang terkesan sederhana, dan diakhiri dengan kesungguhan.

“Ibnu Hazm pernah mengatakan, bahwa cinta itu diawali dengan permainan dan diakhiri dengan keseriusan,” tutur Gus Ahmad.

Tentunya, cinta merupakan hal yang tanpa alasan. Dengan begitu, cinta yang ada dapat dikatakkan sebagai cinta yang dilandasi dengan ketulusan. “Cinta itu tumbuh tanpa disertai dengan alasan. Jika masih disertai alasan, maka belum dilandasi dengan ketulusan,” tungkasnya.

Terakhir, Gus Ahmad memberikan himbauan kepada para pemuda agar tidak tersesat dalam masalah percintaan. “Percintaan itu tentunya harus disertai dengan skala prioritas. Prioritas pertama tentunya kepada Allah, kemudian Rasulullah, dan terakhir kepada makhluk-makhluk-Nya,” pungkas Gus Ahmad.

Penulis : Miftakhu Alfi Sa'idin

Komentar